Home Artikel Begitu Hebat Syaikh Yusuf Al-Qardhawi
Begitu Hebat Syaikh Yusuf Al-Qardhawi

Begitu Hebat Syaikh Yusuf Al-Qardhawi

by Imam Nawawi

Syaikh Yusuf Al-Qardhawi menjadi kebanggaan umat Islam. Ulama hebat dengan karya-karya besar itu akhirnya meninggal dunia di usia 96 tahun, Senin, 26 September 2022. Umat Islam bersedih dan ungkapan belasungkawa pun beredar di semua paltform jagat maya dan nyata.

Yusuf Al-Qardhawi seperti ulama masa klasik, yang pada usia 10 tahun telah hafal Alquran. Hal itulah yang mendorong Al-Qardhawi mudah memahami ilmu. Lulus doktor pada 1972 dengan judul disertasi “Zakat dan Dampaknya dalam Penanggulangan Kemiskinan.”

Baca Juga: Menjawab Tantangan Peradaban

Tampak sekali bagaimana Syaikh Al-Qardhawi memandang bahwa tantangan jihad besar umat adalah menjadikan zakat sebagai ibadah yang mengembalikan harkat dan martabat umat Islam.

Karya Teranyar

Produktivitas Al-Qardhawi sangat luar biasa. Cendekiawan Islam dan pendiri Persatuan Ulama Muslim Internasional (IUMS) itu bahkan sempat menuntaskan satu karya sebelum wafat. Yakni “Fiqhush Sholat.”

Kalau mau kita nalar, seakan-akan Syaikh Yusuf Al-Qardhawi ingin umat Islam kembali memperhatikan aspek sholat, sebagai tiang agama.

Karya-Karya

Sebagai ulama sekaligus cendekiawan, intelektual, Syaikh Yusuf Al-Qardhawi memiliki banyak karya.

Karya yang populer di Indonesia ada Fiqh Zakat, Halal dan Haram dalam Islam, Fatwa-Fatwa Semasa, Hukum tentang Puasa, Hukum tentang Kebersihan, Hukum tentang Nyanyian dan Musik, Fiqh minoritas Muslim, Fiqh Kenegaraan, Fiqh Zakat, dan Sistem Jual Beli Al-Murabah, kemudian Fiqhul Adab termasuk FIqh Jihad.

Total, Syaikh Al-Qardhawi menulis 200 karya ebrupa buku ilmiah. Belum lagi karya dalam bentuk makalah dan aritkel yang tersebar luas. Karya-karynya itu diterjemahkan ke beragam bahasa, termasuk bahasa Indonesia.

Tidak berlebihan kalau kemudian Al-Qardhawi mendapatkan julukan “mujtahid” abad ini, terkhusus pada masalah fatwa-fatwa kontemporer. Fatwa-fatwanya banyak dirujuk orang (Lihat karyanya, Fatāwā Mu‘āshirah (Fatwa-Fatwa Kontemporer) dalam 3 Jilid).

Dipenjara

Sebagai ulama, Syaikh Yusuf Al-Qardhawi bukan orang yang nyaman di balik meja dan majelis ilmu semata. beliau juga tampil menyuarakan kebenaran. Tetapi itu bukan tanpa risiko.

Pada tahun 1968-1970, Syaikh Al-Qardhawi dipenjara rezim militer Mesir karena dituduh mendukung gerakan Ikhwanul Muslimin.

Tetapi, emas tetaplah emas. Syaikh Al-Qaradhawi semakin mendapat pengakuan umat sebagai seorang alim. Terbukti beliau mendapat amanah sebagai Ketua Persatuan Ulama Islam Internasional (berdiri di London pada 2004).

Kepala Keluarga Hebat

Syaikh Yusuf Al-Qardhawi juga tampil sebagai kepala keluarga yang hebat. Buktinya adalah anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi sukses dan cerdas.

Seorang putri beliau misalnya, berhasil memperoleh gelar doktor fisika dalam bidang nuklir di Inggris. Putri keduanya meraih doktor dalam bidang kimia juga dari Inggirs.

Artinya Syaikh Al-Qardhawi juga seorang ahli pendidikan anak, yang mana semua anaknya tumbuh menjadi pembelajar yang juga sangat hebat.

Sebuah catatan mengatakan dari 7 anaknya, hanya 1 anak yang belajar ulumuddin di Universitas Dar Al-Ulum, Mesir dengan jurusan pendidikan agama. Yang lain mengambil pendidikan umum dan belajar langsung di Barat.

Itu bukti bahwa Al-Qardhawi memandang bahwa ilmu tidak harus dipisah-pisah (dikotomi), tetapi memang satu. Dan, sangat tepat, semua anaknya yang belajar di Barat bukan jurusan agama, sehingga aman dari virus liberalisme dan pluralisme.

Pesan Tentang Alquran

Syaikh Yusuf Al-Qardhawi juga berpesan bagaimana interaksi kita dengan Alquran dalam bukunya “Bagaimana Berinteraksi dengan Alquran.”

Alquran memiliki hak atas diri kita. Oleh karena itu perlakukan Alquran dengan baik, kala menghafal, membaca dan mendengarkannya, menyimak dan memperhatikannya.

“Kita harus berinteraksi dengan cara yang baik, yang meliputi pemahaman dan penafsiran.”

Baca Lagi: Songsong Indonesia 2045 dengan Senang Ilmu

Lebih jauh beliau menitipkan pesan. “Umat yang menerima Alquran tidak boleh terperosok seperti umat yang menerima Taurat.” Mereka menjadi seperti keledai yang hanya memikul kitab namun tidak memahami apalagi mengamalkannya.

Teladan

Sekarang tugas berat umat Islam adalah bagaimana meneladani sosok yang luar biasa itu. Jelas tidak mudah.

Menggantikan presiden yang mati hari ini itu mudah. Meneruskan tugas menteri yang juga mati hari ini, itu mudah. Tetapi meneruskan perjuangan ulama, apalagi sekelas Al-Qardhawi ini bukan perkara mudah.

Inilah yang membuat kita semua bersedih. Kapan dan dimana akan muncul lagi ulama hebat seperti beliau. Yang pasti, sedih saja tidak cukup. Mari buat beliau tersenyum dengan berikhtiar, berjuang untuk lahirnya ulama-ulama masa depan.*

Mas imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment