Belum lama ini saya bertemu dengan para pejuang pendidikan. Mereka adalah guru-guru madrasah yang sangat bergairah. Dari berinteraksi dengan mereka, saya menangkap bahwa uang ratusan ribu sangat bernilai bagi mereka. Hal ini karena mereka menerima santunan setiap bulan dari Laznas BMH dan mitra. Meski hanya ratusan ribu, syukur mereka terus menderu. Sementara pada sisi yang lain, uang jutaan bagi banyak orang tidak menjadikan mereka hidup tenang. Lantas, bagaimana hal itu bisa terjadi?
Uang sebenarnya benda. Ya, benda yang paling kita butuhkan untuk banyak hal yang memang memerlukan uang. Mulai dari membeli beras hingga barang berkualitas. Dari mendapatkan kuota internet hingga bisa jalan-jalan pakai pesawat jet.
Tapi, substansi yang sebenarnya adalah apakah jiwa seseorang bisa tenang dalam menjalani kehidupan. Lebih dari itu juga bisa menjadikan kita tetap semangat dalam menebar manfaat dan maslahat.
Begitulah kehidupan para Nabi dan Rasul. Mereka tampak seperti sosok tak tersentuh kehidupan. Karena tampak meninggalkan kehidupan dunia.
Padahal, mereka adalah orang yang paling mampu menjalani hidup dengan nilai. Alhasil, kalau kaya mereka banyak berderma. Kalau kurang uangnya, mereka hidup bersahaja.
Para guru itu pun, jelas. Mereka tetap memilih mendidik meski uang yang mereka peroleh tak seberapa. Sikap teguh dan syukur mereka, itulah yang menjadikan apapun begitu bermakna. Termasuk soal uang yang bisa dihitung dengan jari.
Uang Dampaknya Bagi Iman
Kita semua memahami uang adalah tentang dampak, bukan berapa banyaknya. Sama seperti rumah, bukan seberapa banyaknya, tapi sekuat apa rumah itu memberi dampak ketenangan, kecukupan, dan kesyukuran.
Seseorang bisa memiliki rumah lebih dari satu dan harta melimpah. Tapi apakah orang itu otomatis hidup tenang. Apakah ia menjalani hidup dengan kebermanfaatan yang berdampak tinggi?
Para guru itu mungkin hanya mendapatkan ratusan ribu dalam setiap bulan. Tapi kalau itu jadi rezeki yang mereka makan. Kemudian membawa mereka hadir dalam garda terdepan dalam membentuk generasi. Bukankah itu artinya uang yang mereka terima berdampak luar biasa?
Allah SWT memberikan jalan kepada orang yang memiliki uang dalam jumlah lebih dari cukup untuk berinfak, bersedekah. Tujuannya adalah agar manusia sadar sebagai makhluk sosial dan spiritual. Siapa asosial dan rendah kualitas spiritualnya, maka ia tidak akan bisa hidup tenang sepanjang hidupnya.
Syukur Mereka
“Kami bersyukur dapat uang ini. Bukan soal jumlah, tapi ini terasa sekali sebagai pertolongan Allah,” kata salah satu dari mereka.
Orang yang memandang uang sebagai bentuk karunia Allah tentu akan membuat akal dan hatinya bergerak menuju Allah.
Mungkin mereka tidak bisa membeli mobil dan rumah megah dengan keadaan seperti itu. Tapi mereka akan terus ada dalam hati anak-anak dari generasi ke generasi. Tanpa guru bisa apa manusia? Bahkan lebih jauh, tanpa guru yang bermental pejuang seperti itu, mau kemana Indonesia.
Tentu para guru akan bersyukur dengan keadaan mereka. Namun, kita harus meningkatkan kepedulian, menguatkan, perjuangan mereka.
Ibarat satu tubuh, kalau tidak ada guru dalam umat dan bangsa ini, maka buruklah langkah pembangunan manusia ke depan.*