Dalam acara Silaturrahmi Syawal yang dihelat di Masjid Ar Riyadh kampus Ummul Quro Gunung Tembak pada Ahad, 12 Syawal 1445 H/21 April 2024, kisah inspiratif Ust. Abdullah Said, tokoh kunci di Hidayatullah, menjadi sinaran perhatian seluruh hadirin. Terkuak bagaimana suami Aida Chered itu mampu memikat hati para sahabat perjuangannya setia dalam jalan dakwah.
Para narasumber dari kalangan senior yang merupakan sahabat perjuangan Ust. Abdullah Said yang membuka hal penting itu. Berbagai narasi tentang kepemimpinan, ketabahan, dan kepedulian diungkapkan oleh rekan-rekan seperjuangannya.
Di tengah masa perintisan, Ust. Abdullah Said menunjukkan kepribadian yang menarik serta kepedulian yang luar biasa terhadap kawan-kawannya.
Baca Juga: Kontribusi untuk Umat
Ust. Abdullah Said benar-benar tampil sebagai pemimpin sejati. Pikiran, ucapan dan tindakan menyatu dalam sebuah aksi yang mengagumkan, meyakinkan dan membanggakan seluruh sahabatnya dan menginspirasi seluruh kader-kader Hidayatullah hingga sekarang.
Menempa Mental Santri
Saat santri-santinya hanya memiliki ikan teri dan sayur sederhana sebagai lauk, beliau menegaskan pentingnya melatih kader-kader untuk menghadapi masa sulit.
“Saya bukan tidak bisa memberi kalian lauk yang enak, tapi kalian adalah calon kader (sekaligus) pemimpin yang harus terlatih menghadapi masa sulit, tidak boleh manja dan cengeng,” tutur Ust. Amin Mahmud meresapi gemblengan Ust. Abdullah Said terhadap santri-santrinya.
Pendekatan kejujuran dan keberanian juga menjadi fokus utama Ust. Abdullah Said.
“Ust. Abdullah Said sangat menekankan kejujuran dan keberanian, karena ini adalah kunci kesuksesan,” tambah Ust. Abdul Mananring AG.
Hal ini merupakan kunci kesuksesan yang tak tergantikan. Hal ini tercermin dalam penegakan syariat Islam di Gunung Tembak, yang menjadi daya tarik bagi Ust. Syamsu Rijal Palu untuk bergabung dengan Hidayatullah.
Dia terbayang betapa nikmatnya hidup dalam suasana yang kental dengan kejujuran dan ketegasan prinsip.
Kepedulian Kepada Kawan
Ust. Abdul Qadir Jailani mengatakan, “Salah satu alasan bertahan di Hidayatullah, saat masa perintisan, masa susah, adalah pribadi Ust. Abdullah Said yang menarik, punya kepedulian terhadap kawan.”
Baca Lagi: Pandangan Ust. Abdullah Said Perihal Pembangunan yang Utama
Keberanian tak hanya dituntut pada saat kondisi baik, namun juga dalam kesulitan. Ketika Ust. Yusuf Suraji mengalami kaki patah dan masih menggunakan tongkat, Ust. Abdullah Said tetap menugaskannya ke Berau.
Ini menunjukkan prinsip imamah jamaah di Hidayatullah sebagai harga mati, di mana keberanian dan kesetiaan tak bisa diragukan.
Maka, kisah perjuangan Ust. Abdullah Said dan rekan-rekannya mengingatkan kita bahwa perjuangan adalah jalan menuju kemuliaan.
Dalam setiap langkahnya, tersemat nilai-nilai kepemimpinan, ketabahan, dan kepedulian yang menjadi pilar utama dalam menghadapi tantangan zaman membangun tegaknya peradaban mulia.
Jangan mundur dari perjuangan kala tantangan dan kesulitan melanda. Hadapi penuh ketabahan, karena seperti angin membawa awan gelap, seiring waktu mentari akan bersinar terang, cerah dan menghangatkan bumi.*
Mas Imam Nawawi mendapat laporan langsung dari Ust. Zainuddin Musaddad