Ini bukan soal jual beli atau pun hutang proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung yang sedang viral. Ini tentang hidup yang bertara. Sama, perlu kita bayar.
Maxwell dalam “Good Leaders Ask Great Questions” menulis.
“Semua orang yang ingin meraih potensi tertinggi harus membayar harta, mulai waktu, kerja keras, sumber daya, dan peluang yang dikorbankan. Banyak orang gagal membayar harga yang dibutuhkan.”
Baca Juga: Energi Ramadhan
Jangankan soal prestasi dalam bidang kemasyarakatan, suami yang tidak mau tanggung jawab dalam keluarga, juga akan mendapat penyangkalan dari istri dan anak-anaknya.
Kita bisa belajar pada alam yang Tuhan buatkan mekanismenya secara disiplin.
Matahari tak pernah terlambat bangkit. Juga tak pernah enggan untuk meruyup.
Jelas itu “kode” agar manusia memiliki kedisiplinan dalam kebaikan, terutama dalam menempa diri menjadi pribadi berkhasiat.
Inspirasi Soal Gaji
Semalam saya bertemu Kang Maman. Penulis ahli itu memberikan sebuah paparan tentang bagaimana logika gaji dan alam bekerja.
Bahwa orang yang menerima gaji Rp. 10 juta padahal ia bekerja hanya Rp. 5 juta. Maka alam akan menarik sisanya itu dengan cara menyakitkan.
Entah sakit, anaknya narkoba dan berbagai bencana dalam kehidupan keluarga. Begitulah mekanismenya, menyakitkan.
Sebaliknya kalau ada orang bekerja yang seharusnya mendapat Rp. 10 juta tetapi hanya menerima Rp. 5 juta, maka Tuhan akan memberikan sisanya melalui anak yang sholeh, sehat dan keluarga yang tenang.
Dalam kata yang lain, kesungguhan adalah syarat mutlak orang dalam melakukan apapun. Tanpa kesungguhan, sesungguhnya seseorang sedang menyulam ketidakbaikan di masa depan.
Mujahadah
Islam sendiri mengajarkan kita yang namanya mujahadah, upaya penuh kesungguhan dalam melakukan kebaikan dan ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Baca Lagi: 10 Hari Terakhir Ramadhan
Dan, mengingat Islam mengarahkan kita agar siap hidup bahagia dunia dan akhirat, maka kesungguhan yang perlu kita bayar juga soal jalan hidup.
Dalam kata yang lain, kesungguhan itu juga perlu dalam hal mendesain diri kembali kepada Allah.
“Dan orang-orang yang bertaubat (kembali kepada Allah) dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.” (QS. Al-Furqan: 71).
Dan, seperti ungkapan Raghib Al-Ashfahani, “Jihad dan mujahadah berarti mencurahkan segala kemampuan untuk melawan musuh. Musuh terberat manusia adalah hawa nafsunya sendiri.”
Pesan Buya Hamka jelas bagi kita, “Jangan mudah memilih istirahat sebelum lelah.”
Artinya bayarlah dunia ini dengan karakter Muslim sejati, penuh dedikasi, karya, kedisiplinan, setia, rajin, tekun dan penuh perjuangan.*