Kondisi bangsa Indonesia semakin buruk bukan semata saja karena wabah. Tetapi juga dalam hal pemberdayaan warga negara, utamanya sektor lapangan kerja. Bayangkan saja untuk tukang las negeri ini harus datangkan orang dari China. Bappenas saja kaget!
Seperti banyak media melansir belum lama ini, Bappenas kaget tukang las rel kereta cepat didatangkan dari China.
Baca Juga: Negara Bahagia
Hal itu muncul usai Deputi Kependudukan dan Ketenagakerjaan Bappenas, Pungky Sumadi dalam rapat Panja Pengawasan Penanganan Tenaga Kerja Asing dengan Komisi IX DPR RI, Selasa, 8 Februari 2022.
Viva.co.id melansir hal itu. “Kami sempat mengunjungi proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Itu awalnya agak membingungkan pada saat kami melihat misalnya tukang las untuk rel itu ternyata masih harus dari Tiongkok kita datangkan,” ujarnya.
Maklum
Akan tetapi kondisi kaget itu segera mereda begitu Bappenas mendapat penjelasan bahwa datangnya tukang las dari China itu karena jenis rel yang ada berbeda kualitas dengan rel yang ada selama ini.
“Setelah kami diskusi dengan mereka ternyata rel yang ada itu adalah rel yang kualitasnya sangat tinggi, baik tingkat kepadatan maupun campuran besinya, dan itu belum mampu diproduksi oleh Krakatau Steel misalnya, panjangnya pun 1 batang sekitar 50 meter, yang kita pun belum pernah bisa membuatnya,” urainya.
Jadi kaget itu hanya sementara, kemudian mereda dan boleh jadi telah sirna dalam dirinya.
Artinya ada pemakluman yang sangat cepat hadir dalam cara berpikir pihak yang semestinya memiliki keberpihakan kepentingan nasional.
Dalam hal ini ialah bagaimana memberdayakan warga negara agar selamat dari pengangguran.
Pelajaran
Fakta ini sebenarnya sangat menampar wajah bangsa Indonesia. Bagaimana mungkin dalam hal tukang las rel saja ternyata kita jauh tertinggal.
Kalau pun argumentasi yang menyatakan bahwa rel itu berkualitas tinggi. Lalu apakah kemudian menjadi benar jika pekerjaan itu menjadi milik warga negara asing?
Bukankah proyek itu milik Indonesia? Apakah rasional jika yang justru mendapat keuntungan bukan warga negara bangsa sendiri?
Dalam hal ini ada beberapa langkah perbaikan penting yang boleh menjadi cara mengatasi hal itu.
Pertama, setiap proyek harusnya telah melalui proses perencanaan yang baik.
Jika memang proyek itu banyak menggunakan bahan yang orang Indonesia belum familiar, maka idealnya telah ada model persiapan dan perencanaan tenaga kerja.
Mungkin sedikit lebih lama, tetapi apa juga yang mengharuskan sebuah proyek mesti segera selesai jika rakyatnya tidak mendapat keuntungan yang semestinya.
Baca Lagi: Banjir Virus dan Banjir Bandang Landa China dan Jerman
Kedua, fakta ini harus mendorong DPR dan pemerintah menemukan jalan akseleratif untuk meningkatkan skill anak-anak bangsa melalui beragam program terobosan.
Sebab sebuah karya besar bukan semata rentang waktu yang efektif dan efisien belaka. Tetapi apakah proyek itu juga mendatangkan kemakmuran bagi rakyat.
Sebagai sebuah bangsa dan negara, pemerintah wajib memiliki satu cara pandang mendasar, bahwa segala jenis hajatan negara (proyek besar), dampak kebaikannya harus benar-benar meluas kemanfaatan dan kemakmurannya bagi warga negara sendiri. Bukan bangsa lain.*