Belakangan musibah kerap melanda. Kita harus siap peduli dengan memperkuat sedekah.
Terbaru, sedikitnya 15 rumah terendam banjir dan 28 jiwa harus mengungsi usai banjir menghantam Kampung Cikondang, Legok, Kelurahan Cikondang, Kecamatan Citamiang.
Media mengabarkan, banjir itu terjadi karena sampah yang menumpuk, menyumbat saluran air. Sementara hujan berlangsung dari siang hingga malam hari.
Sementara itu musibah berupa letusan Gunung Lewotobi di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur juga mendatangkan dampak tidak ringan. Abu vulkanik menyelimuti banyak desa di sana.
Sementara itu, 34 orang terluka dan 10 nyawa melayang akibat dari musibah tersebut. Kemudian 10.295 warga harus mengungsi.
Pada saat yang sama, hujan di Bogor dan Jakarta belakangan tampak rutin mengguyur setiap siang dan sore bahkan malam hari. Kondisi itu perlu antisipasi langsung agar banjir tak melanda dengan kekuatan besar, yang merugikan warga dan mengakibatkan hilangnya nyawa.
Bersatu
Cara terbaik menghadapi itu semua adalah bersatu. Tetapi untuk bersatu kita memang harus saling bertemu, saling memahami. Islam memberikan jalan keluar, yakni dengan sedekah.
Sedekah adalah jalan orang-orang beriman untuk bersatu, serentak membantu sesama, membangun manusia dan mewujudkan kemajuan peradaban.
Tugas kita membaca keadaan dengan baik dan bertindak secara tepat. Kita mungkin tak bisa menolong korban musibah, tapi melalui lembaga filantropi Islam, kita bisa menghadirkan cinta dan kasih kita kepada sesama dengan bersedekah.
Satu dari hikmah besar yang dapat kita ambil dari musibah yang melanda adalah bagaimana kita semakin utuh sebagai manusia, mau berbagi, punya tekad menguatkan solidaritas.
Baca Juga: Sedekah Kepada Siapa Bagus?
Lebih dari apapun, apakah kita masih punya iman, yang dengan itu mudah mengulurkan tangan mengirimkan bantuan.
Kesadaran akan hal tersebut mutlak perlu kita hadirkan dalam hati. Karena selalu akan ada musibah yang tak bisa manusia bisa kendalikan. Sedekah kata Nabi bisa menolak balak, termasuk musibah.
Manusia
Kadang kala kita harus menyempatkan diri bertanya: “Apakah saya masiih manusia?”
Indikasi sebagai manusia, kita mau peduli, kita mau bersatu untuk kebaikan. Selanjutnya kita bisa bersama menolak keburukan-keburukan.
“Orang yang bersedekah dan aktif berkegiatan sosial memiliki kualitas kesehatan lebih baik dan umur lebih panjang,” kata Muh Khidri Alwi, dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia Makassar dalam diskusi daring Sedekah: Sehat dan Menyehatkan, Sabtu (9/5/2020), seperti termaktub dalam artikel “Sedekah itu Menyehatkan” karya M. Zaid Wahyudi di Kompas.
Jadi, taruhlah kita tidak mengerti menjawab apakah kita masih manusia secara filsafat. Tapi kita seharusnya butuh untuk mendapatkan jawaban, apakah saya manusia yang sehat.
Jika manusia sehat bisa kita ukur dari ketekunannya bersedekah, lantas bagaimana manusia dalam pandangan Allah SWT yang sesungguhnya, yang seharusnya memang tunduk patuh, hanya kepada-Nya.
Dengan demikian, mari bersedekah dengan apa yang bisa kita berikan. Harta, ilmu, jaringan atau apapun yang memungkinkan orang lain dapat kita bantu, mari wujudkan.
Selama kita masih Muslim, mau iman terjaga, semestinya kita memang harus bersedekah.
Rasulullah SAW bersabda, “Setiap orang itu akan berada di bawah naungan sedekahnya selama di padang mahsyar sampai ada keputusan untuk manusia, masuk surga atau neraka.” (HR Ahmad).