Home Kajian Utama Banjir Virus dan Banjir Bandang di China dan Jerman
Banjir Virus dan Banjir Bandang di China dan Jerman

Banjir Virus dan Banjir Bandang di China dan Jerman

by Mas Imam

Seluruh dunia mafhum dunia sekarang dibanjiri virus. Apalagi kalau bukan virus Covid-19. Pengumuman demi pengumuman yang menyebutkan nama orang-orang yang kita kenal seakan bertubi-tubi dipanggil oleh Allah Ta’ala. Dan, disaat yang sama China dan Jerman juga dilanda banjir, banjir bandang yang meluluhlantakkan.

Hinnga Jumat (23/7) dikabarkan bahwa lebih dari 150 orang masih berstatus hilang akibat banjir yang melanda Jerman, seperti dirilis Tempo.

Sebuah tim bantuan bencana di lokasi mengatakan bahwa amat kecil kemungkinan orang yang hilang itu dapat ditemukan, sekalipun sebagian masih diduga dalam keadaan hidup.

Saya sendiri kala ketemu dengan Chef Haryo pada Kamis (22/7) sempat bertanya, mengapa Jerman bisa dilanda banjir. Chef Haryo Pramoe itu hanya bisa geleng-geleng.

“Dari sisi infrastruktur Jerman itu ok banget, ia bangun kota kayak lego, semua tertata, tetapi mengapa banjir datang, itu saya tidak tahu, apa,” katanya.

Baca Juga: Ini Cara Agar Sehat Holistik

Kondisi di Jerman memang terparah dari banjir yang terjadi di negara Eropa. Kota terendam air, rumah hanyut dibawa arus banjir, dan tentu saja transportasi publik lumpuh sementara waktu.

Sementara di China juga nyaris sama, walau pun banjir yang menerjang Provinsi Henan, China hana memakan korban tewas sebanyak 25 orang.

Perubahan Iklim

Narasi yang muncul pasca banjir ini adalah perubahan iklim yang ditandai dengan curah hujan yang begitu tinggi. Sementara di beberapa tempat ha itu mendorong terjadinya cuaca ekstrem.

Dikutip Republika, Profesor di Lee Kuan Yew School of Public Policy Eduardo Araral menyatakan bahwa pemerintah sudah harus menyadari infrastruktur yang mereka bangun di masa lalu bahkan sekarang, terlebih kala rentan terhadap peristiwa cuaca ekstrem.

Seperti ramai diulas di internet, perubahan iklim terjadi sejak adanya Revolusi Industri dan semakin parah dari hari ke hari. Hal itu dibuktikan dengan suhu bumi yang semakin panas. Di saat yang sama bencana banjir atau pun kekeringan adalah bukti dari dampak perubahan iklim.

Dikabarkan bahwa sejumlah peneliti menyebutkan, 2011-2020 merupakan dekade terpanas sepanjang sejarah. Suhu bumi meningkat rata-rata sebesar 1 derajat Celcius.

Konkretnya hal itu karena bangunan berupa rumah kaca, penebangan hutan, karbon dioksida dan nitrogen dari pembakaran batu bara dan minyak bumi, pupuk yang memiliki kandungan nitrogen, peternakan yang kain banyak, dan gas yang dihasilkan dari produk elektronik, seperti kulkas dan AC.

Perbaikan

Berarti perubahan iklim erat kaitannya dengan aktivitas manusia, utamanya produk industri yang menyebabkan orang dengan begitu mudah menggunduli hutan, merusak alam dan menggenjot industri tanpa kendali dan abai terhadap emisi.

Pada akhirnya dapat ditarik pemahaman bahwa perubahan iklim itu adalah buah dari pikiran dan perbuatan manusia yang sangat rakus terhadap ekonomi.

Seperti sekarang ditemukan, tidak ada yang dapat melawan ekonomi, sekalipun itu ilmu, kebenaran, bahkan iman. Banyak orang rela tunduk dan menginjak-injak akal sehat, nurani bahkan iman demi yang namanya ekonomi.

Bahkan manusia itu pun dengan segenap sisinya sudah tidak lagi bernilai kecuali dapat dikonversi dalam hitungan uang dan uang.

Dunia memang sudah sangat rendah dan kehilangan kekuatannya. Moral yang menjadi benteng kemanusiaan telah lama dipenggal oleh keserakahan.

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Al-Rûm [30]: 41).

Baca Juga: Dunia Tanpa Alquran?

Jadi, langkah perbaikan yang menuntut segera tiada lain adalah kembali kepada iman, Islam dan akhlak. Karena tidak ada ajaran yang dapat mengendalikan kebuasan hawa nafsu manusia selain Islam, sebagaimana telah diteladankan oleh Rasulullah SAW.

Pertanyaannya, maukah orang modern di era digital kembali kepada Allah – karena itu mampu melakukan perbaikan – kemudian jujur mengakui bahwa produk sains dan teknologi yang dibangga-banggakan telah membunuh kehidupan manusia itu sendiri karena memisahkan logika dengan keimanan?

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment