Home Artikel Banjir Rob Jangan Dipandang Biasa
Banjir Rob Jangan Dipandang Biasa

Banjir Rob Jangan Dipandang Biasa

by Imam Nawawi

Banjir rob yang melanda 15 titik kabupaten/kota yang ada pada sepanjang pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah patut jadi perhatian bersama. Banjir Rob ini jangan sampai dipandang biasa-biasa saja.

Media melaporkan ketinggian banjir ada yang mencapai 45 sentimeter hingga 100 sentimeter. Seperti Tegal, banjir mencapai ketinggian 40-100 sentimeter.

Total warga terdampak banjir rob sebanyak 1.847 jiwa. Sedikitnya 221 jiwa harus mengungsi. Seperti laporan dari Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari.

Baca Juga: Mengapa Banjir Terus Ada Sampai Sekarang dari Masa Nabi Nuh?

Namun laporan Media Indonesia (27/5/22) jumlah warga terdampak banjir rob di Pekalongan terus meningkat hingga mencapai 19 ribu jiwa dengan titik penampungan pengungsi sebanyak 7 lokasi.

Banjir Rob dalam Analisis Ahli

Guru Besar Bidang Geodesi ITB, Hasanuddin Zabidin menerangkan bahwa banjir rob juga karena faktor penurunan tanah (Republika, 27/5/22).

“Banjir rob kian parah kalau wilayah pesisirnya mengalami penurunan tanah. Ini memperluas dan memperdalam cakupan banjir ataupun genangan rob. Jika ada tanggul laut di wilayah pantai, akan ikut mengalami penurunan sehingga efektivitas tanggul berkurang.”

Penurunan tanah itu terjadi bisa karena faktor alamiah atau aktivitas manusia. Seperti pengambilan air tanah secara berlebihan, beban bangunan dan konstruksi.

Pakar dari ITB itu pun memberikan peringatan agar Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang (sekitar 108 ribu km) benar-benar sigap dan siap.

Pemerintah pusat maupun daerah perlu segera tanggap. Melalui aturan perundangan dan kelembagaan terkait pemantauan, mitigasi dan adaptasi penuruntan tanah wilayah pesisir kudu segera diperkuat.

Sikap Tegas

Merespon banjir rob ini semua pihak perlu sikap tegas. Menurut pakar hidrologi Universitas Diponegoro, Suripin, ada dua langkah perlu segera.

“Menghadapi banjir rob, ada dua langkah yang dapat dilakukan, yaitu melarang pengambilan air tanah dan meninggikan tanggul secara rutin. Namun penghentian pengambilan air bawah tanah juga tidak serta-merta dapat dilakukan karena kebutuhan air di masyarakat belum sepenuhnya tercukupi oleh perusahaan air minum daerah.”

Baca Lagi: Banjir Virus dan Banjir Bandang di China dan Jerman

Dalam kata yang lain banjir rob bukan fenomena biasa. Sekalipun ada kemungkinan faktor alam sedang berlangsung, faktor manusia juga sangat berperan signifikan.

Oleh karena itu penting semua pihak melakukan evaluasi mendalam, terutama para pemimpin. Jangan selalu sibuk menebar citra padahal alam menderita dan akan mengancam jiwa manusia. Sekarang, apakah masih mau basa-basi bicara, melihat realita depan mata secara biasa-biasa saja?*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment