Kebebasan sempat menjadi kata yang heroik bagi banyak kalangan. Tapi, sebenarnya ada bahaya mengintai kalau orang sampai salah dalam menggunakan kebebasan dalam hidupnya.
Pernah bukan mendengar ungkapan orang yang ngotot kala diberi nasihat. “Uang-uang saya, mobil-mobil saya, suka-suka saya, dong, mau saya maksiat apa, itu semua urusan saya!”
Dalam timbangan ajaran Islam, orang yang berkata begitu memang salah. Tetapi itulah orang yang menggunakan kebebasan yang Allah berikan secara salah.
Oleh karena itu Allah meminta kita memperhatikan dengan cermat perihal orang yang memilih hawa nafsu sebagi tuhan dalam hidupnya.
Baca Juga: Inilah Kekuatan Visi Bisa Mengubah Semuanya
Orang seperti itu akan Allah biarkan, kemudian Allah kunci mati pendengaran dan hatinya. Kemudian Allah meletakkan tutupan atas penglihatannya.
“Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat?) Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.” (QS. Al-Jasiyah: 23).
Bebal
Memilih hawa nafsu sebagai tuhan membuat banyak orang – walaupun terdidik secara akademik – mendadak akan bebal. Ia sulit memahami kebenaran, kepatutan, apalagi soal iman.
Hal itu karena orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai tuhan tidak memandang kehidupan, melainkan hanya dalam kehidupan dunia yang fana ini.
“Dan mereka berkata, ‘Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.’ Tetapi mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu, mereka hanyalah menduga-duga saja.” (QS. Al-Jasiyah: 24).
Jadi wajar kalau mereka bebal bahkan begitu mendegil terhadap narasi kebenaran. Walaupun nuraninya memahami, tetapi ia tetap menyangkal kebenaran.
Lihat saja bagaimana Abu Jahal dan Abu Lahab membenci Nabi SAW. Bukan karena akhlaknya, tapi karena ia gengsi kalah pengaruh dengan seorang junior.
Singkat kata, Abu Lahab dan Abu Jahal merencanakan segala jenis kejahatan. Apakah keduanya berhasil? Tidak!
Dunia memang memberi kesempatan kepada kejahatan untuk tampil dalam pentas kehidupan. Tetapi namanya panggung, jelas tidak mungkin selama-lamanya.
Hasil
Pada akhirnya manusia dengan segala kebebasan yang Allah berikan harus mempertanggungjawabkan semuanya di hadapan Allah Ta’ala.
Sebagian akan Allah berikan hasil dari penggunaan kebebasan itu di dunia. Sebagian lagi akan diberikan balasan sempurna kelak di akhirat.
Tugas kita sekarang adalah menguatkan narasi-narasi kebaikan, kebenaran, keimanan dan ketakwaan.
Baca Lagi: 3 Alasan Penting Mengapa Menulis Urgen
Betapapun manusia banyak terseret arus kebebalan, kita tetap harus berjuang menggunakan kebebasan berkehendak dalam kehidupan fana ini pada keimanan dan kebaikan.
Sungguh tidaklah satu perbuatan manusia pilih, kecuali itu akan mengantarkan seseorang pada hasil yang pasti. Apakah kebaikan atau kebinasaan, sangat tergantung ke arah mana langkah kebebasan hidup ini kita arahkan.*