Home Kajian Utama Bahagia Puasa
bahagia puasa

Bahagia Puasa

by Imam Nawawi

Bahagia puasa, apa perlunya tema seperti ini. Apakah ada orang yang tidak bahagia dalam berpuasa?

Kita tentu sama-sama memahami, puasa (shiyam) adalah kewajiban bagi insan beriman dalam mengisi bulan suci nan mulia, bulan Ramadhan.

Tapi pada era yang riuh dan laguh-lagah dengan narasi yang belum tentu berfaedah, boleh jadi memang masih ada yang tidak bahagia dalam berpuasa.

Baca Juga: Begini Kalau Mau Bahagia Sambut Ramadhan

Seperti adanya jiwa yang tidak tertarik melakukan kebaikan-kebaikan, utamanya yang sifatnya meringankan beban sesama, membantu sesama.

Bahkan sebagian orang masih saja ada yang tidak senang dalam berpuasa, karena merasa akan ada banyak ibadah mesti ia lakukan. Baginya itu berat. Akibatnya berpuasa hanya soal sahur dan buka puasa.

Ia tidak peduli. Apakah puasanya memberikan kekuatan ruh dalam dirinya atau tidak. Ia sama sekali tidak peduli.

Ia masih saja senang melakukan hal-hal tidak penting. Ia masih senang melakukan kebiasaan yang tidak baik. Sampai-sampai ia tidak sadar bahwa telah berpuasa secara tidak berkualitas.

Momentum Penentuan

Shiyam pada bulan Ramadhan sejatinya gerbang besar. Siapa yang bahagia lagi penuh iman menyambutnya, maka Allah akan berikan ampunan.

Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR. Ahmad).

Artinya, Ramadhan dengan puasa menjadikan insan beriman dapat konsentrasi penuh melakukan kebaikan yang sangat ia butuhkan kini dan nanti, dunia dan akhirat.

Oleh karena itu segala macam kebaikan harus masuk agenda utama kita dalam setiap 24 jam-nya.

Layaknya suporter bola yang melihat tim kesayangannya akan datang, kebahagiaan orang beriman menyambut Ramadhan lebih dari sekadar itu, tak terlukiskan sesungguhnya.

Produktivitas

Ciri orang bahagia dalam berpuasa adalah mampu menghadirkan produktivitas tinggi.

Puasa bukan alasan untuk malas. Memang pada hari-hari awal Ramadhan akan sangat terasa adaptasi yang tidak mudah.

Akan tetapi pada momentum itu kita harus berhasil menaklukkannya. Karena puasa bukan alasan rasional seseorang menjadi pasif, lemah dan loyo dalam kebaikan-kebaikan.

Justru saat berpuasa kita harus meningkatkan produktivitas. Mulai produktivitas ibadah, amal sholeh hingga menghadirkan kebaikan-kebaikan bagi sesama.

Membaca Alquran misalnya, boleh kita menargetkan sehari 1 juz. Namun memahami bacaan Alquran, menjadikan itu sebagai frame berpikir bahkan tuntunan dalam berperilaku juga satu hal yang sangat substansial.

Prinsipnya sederhana, lakukan apapun ibadah yang Rasulullah SAW teladankan.

Baca Lagi: Bergegas Jangkau Kebahagiaan Akhir Ramadhan

Idealnya puasa membahagiakan hati karena iman yang semakin baik, amal kian tumbuh, dan dengan Alquran kian nyaman.

Bukan sebaliknya, puasa membuat kita semakin konsumtif dan hidup dengan orientasi materi yang lebih gila, semakin egois dan tidak memberi manfaat sedikit pun bagi sesama. Jangan begitu!*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment