Setiap orang berharap hidup bahagia. Tapi faktanya banyak orang tidak bahagia kala apa yang menjadi keinginan telah ia raih. Mengapa seperti itu?
Saya temukan ungkapan menarik dari Mark Manson dalam bukunya “Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat.” Begini ia menulis.
“Inilah mengapa masalah kita selalu berulang dan tidak dapat dihindari. Orang yang Anda nikahi adalah orang yang dengannya Anda beradu mulut.
Rumah yang Anda beli adalah rumah yang Anda perbaiki. Pekerjaan idaman yang Anda miliki adalah pekerjaan yang membuat Anda stres.
Baca Juga: Rumus Bahagia
Setiap hal didapat melalui suatu pengorbanan – apa pun yang membuat kita merasa nyaman, tak dapat disangkal, juga kana membuat kita merasa buruk. Apa yang kita dapatkan adalah apa yang kita lepaskan.
Apa yang menciptakan pengalaman positif kita akan menentukan pengalaman negatif kita.”
Sekiranya Mark Manson tahu ajaran Alquran maka ia akan memandang berbeda fakta-fakta itu, setidaknya ia lebih tahu bagaimana hidup bahagia yang sesungguhnya.
Versi Gus Baha
Bagi Gus Baha ketika pasangan, katakanlah istri marah dan “ngomel” maka yang perlu suami lakukan tidak seperti yang Mark lihat dalam kehidupannya.
Kata Gus Baha, diam dan dengarkan. “Lumayan dapat pahala tanpa modal.” Artinya apa, sabar dan tidak terpancing untuk membalas apalagi sampai adu mulut.
Kemudian, Gus Baha juga bercerita kisah Imam Ahmad yang memiliki tetangga suka usil. Suatu waktu tetangga itu meminta Imam Ahmad ke rumahnya. Setelah tiba, tetangganya itu mengatakan tidak jadi. Lalu tetangga itu memanggil lagi dan begitu seterusnya sampai tiga kali.
Melihat Imam Ahmad santai dan senyam-senyum saja, sang tetangga penasaran. “Kenapa engkau tidak marah?” Bahasa anak sekarang, kenapa diam saja kan saya sudah “kerjain” Anda.
Imam Ahmad menjawab, “Saya melakukan itu karena Allah. Kata Allah saya harus berbuat baik kepada tetangga, kalau engkau panggil saya datang. Ketika saya datang engkau suruh pulang, ya, saya pulang. Jadi ini tidak ada urusan dengan Anda, ini urusan saya dengan Allah.”
Hikmah
Jadi mengingat Allah tidak selalu bermakna dzikir dalam pengertian umum. Tetapi ingat kepada Allah juga dapat berupa energi yang mengoperasikan kesadaran diri pada sikap dan akhlak yang Allah perintahkan.
Sekarang, memang banyak orang yang hidup tidak bahagia. Bukan karena kurang harta dan jabatan, karena hatinya penuh kebencian dan kedengkian.
Melihat orang lain hanya kesalahan bertumpuk. Pada saat yang sama dirinya merasa sangat baik, penuh dedikasi dan tentu saja nol kesalahan. Mana mungkin dalam dunia ini ada orang hidup dengan nol kesalahan. Kecuali ia Nabi dan Rasul.
Oleh karena itu kalau ada yang ingin bahagia, maka harus tahu bagaimana memanivestasikan ingat kepada Allah itu dengan baik, sehingga hati ini bisa merasakan indahnya kehidupan dan ketenangan.
Baca Lagi: Bahagia dengan Berkarya
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du: 28).
Syaikh Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafisr Al-Wajiz menerangkan bahwa orang yang ingat kepada Allah itu yakin dengan janji Allah.
Jadi, apalagi yang penting kita lakukan untuk bahagia selain meyakini janji Allah?*