Home Artikel Ayo Ekspresikan Spiritualitas Islam

Ayo Ekspresikan Spiritualitas Islam

by Imam Nawawi

Ayo ekspresikan spiritualitas Islam kita. Kalimat yang juga judul catatan kali ini terinspirasi dari naskah opini dari Guru Besar Hukum Tata Negara, Menko Polhukam RI, Prof. Mahfud MD.

Judulnya adalah “Islamofobia Vs Radikalisme dan Spiritualitas” di Kompas (25/8/22).

Prof. Mahfud menulis, “Islam adalah agama rahmatan lil alamin yang mengajarkan kedamaian dan toleransi yang umatnya memosisikan diri dalam wasathiyyah Islam.”

Dari kalimat tersebut, Mahfud jelas ingin menegaskan bahwa Islam bukan ancaman bagi siapapun, apalagi terhadap negara.

Masalah yang sebenarnya terjadi menurut Mahfud adalah ketidakmampuan orang membedakan antara radikalisme dan spiritualisme.

Baca Juga: Islam dan Pancasila Ini Pandangan Tajam Gus Hamid

Mahfud menerangkan, “Misal, ada tudingan radikal dan “kadrun” terhadap orang yang sering melafalkan bismillah, subhanallah, astaghfirullah, atau tampil dengan model pakaian tertentu yang disebutnya sebagai pakaian muslim, seperti gamis, hijrah dan sorban.

Ada yang menuding “kadrun” terhadadp orang yang jarin shalat ke masjid atau selalu membawa kitab suci Al Quran. Sejujurnyalah semua itu tidak selalu berarti radikal, tetapi ekspresi spiritual yang bagus. Sama saja dengan rektor atau menteri yang di ruang kerjanya tersedia tempat shalat, sajadah, dan kitab suci Al-Quran. Mereka itu sebenarnya lebih mengekspresikan spiritualitas daripada radikalitas.”

Arti Radikalisme

Mahfud juga menerangkan apa arti radikalisme.

“Radikalisme dalam konstitusi dan hukum adalah paham yang ingin membongkar total ideologi dan konstitusi yang sudah disepakati rakyat melalui mekanisme yang terbuka. Ekspresi radikalisme muncul dalam tiga bentuk, yakni intoleransi, pengembangan wacana anti-ideologi dan konstitusi, dan terorisme.”

Berarti radikalisme menjelma dalam tiga bentuk. Yakni sikap, wacana dan tindakan berbahaya, yakni terorisme.

Memang masih ada pertanyaan, intoleransi itu seperti apa yang dimaksudkan oleh Undang-Undang No 5 Tahun 2018. Sebab dalam realitas, kalau ada orang tidak mengakui paham gay dan lesbian, juga ada yang nuduh itu sebagai sikap intoleran.

Padahal, gay dan lesbian itu bukan soal orang setuju atau tidak. Dalam Islam itu memang terlarang, haram dan besar ancaman siksaannya. Jadi, penolakan itu bukan karena opini tapi ekspresi spiritual akan nilai dari ajaran Islam.

Tetapi saya kira, satu langkah positif yang Mahfud MD lakukan. Mengingat tidak banyak pejabat mau “peduli” dalam hal ini apalagi secara ilmiah melalui tulisan di media massa. Pintu dialog dan wacana secara terbuka, masih bisa kita lakukan.

Pancasilais

Dan, pada ujung bahasan kali ini saya masih akan mengutip tulisan Prof. Mahfud dalam naskahnya itu.

“Dalam hubungan negara, agama, dan masyarakat, sebenarnya mereka adalah kaum kosmpolit yang Pancasilais yang menjadikan Islam yang penuh rahmah dan wasathiyyah sebagai tuntunan dan gaya hidup. Sekarang ini di kalangan anak-anak muda Islam yang intelek dan kaum profesional justru sedang tumbuh spiritualitas dan gaya hidup Islami.”

Menarik bahwa ekspresi spiritualitas Islam itu kata Mahfud MD merupakan manivestasi dari nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Jadi, mulai sekarang umat Islam jangan ragu apalagi takut untuk menjadi Muslim sejati.

Baca Lagi: Viral Akhlak Penentu Kemenangan

Dalam kata yang lain, Islam tidak bertentangan apalagi berbenturan dengan Pancasila. Dan, memang sulit akal manusia untuk memahami bahwa Islam itu anti-Pancasila. Sebab dalam faktanya, nilai-nilai Islam banyak memberi warna terhadap Pancasila itu sendiri.

Terakhir, dari tulisan tersebut kita bisa mulai beranjak ke tema baru. Bagaimana umat Islam ikut aktif membangun bangsa dan negara secara total mulai dari ekspresi spiritualitas, wacana, pemikiran dan ide kemajuan secara konkret dan menyeluruh.

Dengan begitu, narasi Islam Vs Pancasila akan sirna dengan sendirinya. Kalau ada yang menentang dan ngotot bahwa umat Islam tidak Pancasilais, biarlah orang itu digiling gilas oleh akal sehat semua elemen bangsa bahkan warga dunia.*

Mas Imam Nawawi

 

Related Posts

Leave a Comment