Saat di dalam perjalanan tentu semua orang ingin selamat. Tidak ada yang mau tergelincir, apalagi sampai benar-benar tergelincir.
Tetapi, manusia tidak semuanya siap berjalan dengan penuh konsentrasi dan kehati-hatian.
Biasanya dalam urusan kehidupan, tidak banyak yang bisa selamat dari ketergelinciran.
Contoh dan Penjelasan Gus Baha
Di sini menarik uraian dari Gus Baha perihal masalah awal mula manusia tergelincir.
Kapan manusia tergelincir adalah kala memandang kehidupan dunia sebagai perkara penting.
“Maka kamu jangan tertipu oleh kehidupan dunia,” tegasnya.
Untuk bisa selamat dalam hal ini, sholat lima waktu harus didirikan.
“Makanya saya mohon, anda semua sujud. Sudahlah sujud, sholat lima waktu nikmati,” imbuhnya.
Selanjutnya Gus Baha memberikan uraian mengapa itu penting dilakukan.
“Karena sekali kamu terbiasa mensifati dunia ini penting, nanti kamu akan lupa mensifati akhirat itu penting.
Dan, itu awal kamu tergelincir dari (‘an sawais sabil) jalan yang benar,” urainya.
Oleh karena itu kaum Sufi memiliki pepatah “Manusia itu tidur, kalau mati baru bangun,” sambung Gus Baha menegaskan bahwa akhirat harus dipentingkan.
Murka Allah
“Terus contoh kedua begini, kenapa Allah begitu murka ketika orang tidak mengerti hak-haknya Allah,” kata Gus Baha.
Beliau menjelaskan, “Bukan karena Allah anarkis atau keras. Memang secara akal pasti begitu,” tegasnya.
“Sekarang saya kasih contoh kasus sederhana. Kalau ada orang buta lewat kemudian nabrak tembok, karena apa? Karena buta. Buta itu apa, tidak tahu.
Akibat ndak tahu, nabrak tembok. Ya, kan? Maka karena ndak tahu, nabrak tembok. Karena ndak tahu terjatuh di sungai. Karena ndak tahu terjatuh di jurang,” ungkapnya.
Baca Juga: Jangan Lelah Belajar, Menulis dan Menebar Kebaikan
Kemudian dilanjutkan oleh Gus Baha.
“Sekarang juga sama, orang karena ndak tahu pentingnya agama, ndak tahu pentingnya Allah. Kemudian dia fokus ke duniawi. Akhirnya, ya, nabrak tembok.
Saya ulang lagi, ya, orang buta karena ndak tahu nabrak tembok. Orang fokus melihat perempuan cantik atau lihat apa kemudian dia ndak tahu depannya, kemudian juga nabrak.
Untuk menjadi nabrak itu, syaratnya ndak tahu apa tahu? Bisa dua-duanya!
Ndak tahu ya sebabe nabrak. Fokus ke yang lain ya bisa nabrak,” urai Gus Baha.
Selanjutnya beliau mengarahkan kita pada hal inti dalam diri manusia.
“Nah mata kita, hati kita, ini sudah dipenuhi hal-hal yang tidak penting, sehingga kita lupa dari hal-hal yang penting,” katanya.
Baca Juga: Khutbah Jumat yang Menyengat
Bodoh Gara-gara Minum Kopi
“Kita mau minum kopi saja fokus sampai meninggalkan anak main, sampai (anak itu) jatuh. Minum kopi sebenarnya tidak satu kebodohan, tetapi ketika membiarkan anak kecil jatuh itu adalah kebodohan.
Sebetulnya, makan, menikmati kehidupan itu tidak kebodohan. Tetapi ketika Anda meninggalkan Allah, itu menjadi satu kebodohan. (Maka diingatkan), kamu jangan terlena oleh kehidupan dunia,” jelasnya lugas.
Dengan demikian, mengenal Allah, mengenal hak-hak-Nya adalah wajib bagi manusia agar tidak tergelincir di dalam kehidupan dunia ini.
Pesan Penulis La Tahzan
Oleh karena itu, pesan DR. Aid bin Abdullah Al-Qarni dalam bukunya Membangun Rumah dengan Taqwa sangat jelas.
Jangan sekali-kali berpaling dari Islam dan dari kepatuhan kepada Allah Ta’ala. Apalagi sampai lebih suka mengikuti perilaku orang-orang kafir yang jauh dan Tuhan dalam segala hal, dengan anggapan bahwa kemajuan dan kemoderenan berada pada sikap mengikuti dan meniru perilaku mereka.
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Mu’adz, tahukah engkau apa hak Allah atas para hamba-Nya ?”
Mu’adz berkata, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.’
Beliau bersabda, “Hendaknya mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, (dan) tahukah engkau hak hamba terhadap Allah?”
Mu’adz berkata, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.
Kemudian Beliau bersabda, “Dia tidak akan mengadzab mereka.” (HR. Bukhari-Muslim).
Jadi, mulai sekarang, mari kembali kepada nilai-nilai dan ajaran Islam. Tidak ada jalan selamat dari ketergelinciran kecuali dengan menghidupkan ajaran Islam di dalam dada, kehidupan dan pergaulan kita sehari-hari.
Mas Imam Nawawi Ketua Umum Pemuda Hidayatullah
Bogor, 20 Jumadil Awwal 1442 H