Saat manusia dengan bengah mengatakan bahwa untuk sukses pada 2024 harus melakukan ini dan itu, ternyata Tuhan yang punya kuasa atas alam ini berkehendak sesuai qudrah-Nya. Sumedang gempa, Jepang pun sama, malah dapat tambahan tsunami. Dan, belum lama itu terjadi, gunung api Lewotobi Laki-laki juga erupsi. Lima penerbangan dari dan menuju Maumere, Flores, NTT harus ditunda. Awal 2024 kita dapat cubitan keras untuk mulai merenung dengan mendalam.
Baca Juga: Musibah itu Kini Hadirkan Kisah Luar Biasa
Setiap orang tentu tidak pernah mengharapkan bencana alam tiba dan menelan korban jiwa. Namun, begitulah Tuhan dengan kekuasaan-Nya. Dan, sebagai makhluk yang telah mendapat anugerah akal, memahami apa di balik itu semua adalah tugas kita untuk terus menggali hikmah, mengambil pelajaran.
Pasca Bencana
Satu yang pasti jadi sorotan kamera setelah bencana melanda adalah korban jiwa, pengungsi, deretan pengungsi, mulai dari bayi, anak-anak, ibu hamil, dan lansia. Kemudian titik-titik pengungsian tersebar di mana saja. Lalu kebutuhan esensial harian yang mendesak, termasuk mulai masuk masalah-masalah kesehatan.
Dari fakta tersebut kita sudah terang punya tugas dan kewajiban secara iman, bagaimana bisa membantu mereka yang menderita.
Secara umum, kita bisa membantu mereka dengan bantuan berupa terpal, tenda, air bersih, selimut, beras dan makanan siap saji, termasuk kebutuhan bayi dan wanita.
Kita tidak perlu terbang atau datang ke Sumedang, Maumere, atau bahkan Jepang. Indonesia memiliki lembaga-lembaga kemanusiaan yang siap menyalurkan kebaikan kita semua. Kita hanya butuh menghidupkan kepedulian, sesuai kemampuan kita masing-masing.
Mengapa 2024?
Kalau mau sedikit menggunakan gaya berpikir filsafat, mengapa Tuhan “cubit” kita di 2024?
Pertama, agar kita sadar, dunia ini sementara. Kalau Allah Ta’ala mau, hancur hari ini pun alam semesta, pasti akan terjadi dengan cepat. Karena yang seperti itu bagi Allah, sangatlah mudah.
Kedua, agar kita tidak pongah. Betapa banyak orang yang merasa sukses dalam kehidupan ini mendaku bahwa keberhasilan itu karena ilmunya. Padahal, kalau Allah tidak kasih oksigen untuk kita bernafas, bisa apa otak kita.
Baca Lagi: Kecerdasan Manusia Tidak Akan Bisa Membendung Bencana
Ketiga, mari jadi manusia bermanfaat bagi sesama. Membantu yang terluka, dalam ujian, dan menderita. Karena salah satu indikator utama seseorang masih layak disebut sebagai manusia adalah hatinya. Masihkah mau peduli kepada sesama?*