Asrullah namanya, ia bukan saja masih muda dan penuh gairah. Ia juga kandidat intelektual hukum di negeri ini.
Senang bisa menyambut pria yang kusapa Bang Asrullah itu. Kini, ia sedang sibuk menyiapkan proposal disertasi hukum di Unhas, Makassar.
Sosok murah senyum itu kuperhatikan penuh antusiasme. Gairahnya memancar dominan, sehingga selalu mampu menuntun lisannya bertutur dengan diksi dan narasi yang berbobot.
Baca Juga: Ide Konstruktif untuk Negara
Sekalipun Bang Asrullah mengaku diriku sebagai mentor baginya, sejatinya Bang Asrullah jauh telah melampauiku. Dari sisi akademik sudah jelas, ia kandidat doktor. Saya masih kuliah dalam kehidupan.
Sinergi Literasi
Seperti seorang pemburu, Bang Asrullah benar-benar memanfaatkan waktu kurang 1 jam dengan tema perbincangan yang begitu beragam.
“Karena malam ini berangkat ke Makassar lagi,” ungkap Bang Asrullah dengna senyum khasnya.
Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (LIDMI) itu langsung memberikan tembakan untuk sinergi literasi.
Bagi pria asal Takalar itu literasi adalah sisi yang masih kosong dari diri kaum muda Islam, termasuk mahasiswa Islam.
“Padahal aktivisme dakwah di kampus,” kata Bang Asrul, “harusnya juga menekuni dunia literasi.”
“Saya sering menyampaikan ke kader-kader LIDMI, ya, Bang Imam, bahwa kalau mau jadi aktivis, lihatlah Bang Imam yang setiap hari menulis di www.masimamnawawi.com. Artinya aktivis itu bukan saja semangat lapangan, tetapi juga tajam secara intelektual,” ungkapnya.
Podcast
Dan, dalam rangkaian pertemuan dengan Bang Asrullah itu ada takdir Tuhan yang kami sama-sama harus menjalani. Yaitu podcast di channel Majalah Suara Hidayatullah.
Saya yang seharusnya menikmati podcast itu ternyata harus juga ikut berperan. Sembari tersenyum, jadilah diriku host dalam podcast itu.
Baca Lagi: Diskusi Indah Lintas OKP
“Nah, ini kesempatan “membabat” Bang Asrullah dengan pertanyaan-pertanyaan penting bagi kaum muda,” ucapku dalam hati.
Alhamdulillah, podcast berjalan lancar. Bang Asrullah mampu “menangkis” setiap pertanyaanku dengan sangat baik.
Terakhir, ternyata sejak kecil Bang Asrullah sudah terbiasa membaca. Majalah Suara Hidayatullah adalah bacaannya sejak kecil bahkan menjadi bacaan banyak aktivis pergerakan di Makassar. Luar biasa.*