Mas Imam Nawawi

- Artikel

Apa yang Perlu Kalau Mau Maju?

Hidup yang indah adalah yang setiap momen bisa menghasilkan kemajuan. Bukan “pertengkaran” yang membuat mundur dan semakin ke belakang. Sepakat ya! Lalu apa yang kita perlukan kalau mau maju? Lebih dalam kita perlu mengajukan pertanyaannya simpel, bagaimana cara kita bisa maju dalam segala kebaikan? Pertama, berpikir. Kedua bertindak. Ketiga, bertindak sesuai hasil pemikiran. Ini hal […]

Hidup yang indah adalah yang setiap momen bisa menghasilkan kemajuan. Bukan “pertengkaran” yang membuat mundur dan semakin ke belakang

Hidup yang indah adalah yang setiap momen bisa menghasilkan kemajuan. Bukan “pertengkaran” yang membuat mundur dan semakin ke belakang. Sepakat ya! Lalu apa yang kita perlukan kalau mau maju?

Lebih dalam kita perlu mengajukan pertanyaannya simpel, bagaimana cara kita bisa maju dalam segala kebaikan?

Pertama, berpikir. Kedua bertindak. Ketiga, bertindak sesuai hasil pemikiran. Ini hal yang paling tidak mudah dalam hidup manusia.

Realita

Tampaknya itu bukan rasa-rasa, tapi memang realita. Ada ungkapan seperti ini: “Thinking is easy. Acting is difficult. But the most difficult thing in the world is to act in accordance with one’s thinking.”

Itu adalah ungkapan dari Johann Wolfgang von Goethe, seorang novelis yang juga saintis, sebagaimana termaktub dalam buku “From Zero to Millionaire” karya Nicolas Berube.

Nah, apakah kita pernah merasakan itu, baik dalam konteks hidup diri sendiri maupun dunia kerja?

Baca Juga: Hidup Meminta Kita Kerja Keras dan Yakin Total kepada Tuhan

Dalam skala kelompok kerja, berapa kali program berjalan, lalu kita evaluasi. Kemudian saat siklus berjalan, kita memulainya lagi dari nol atau speed rendah?

Pada saat yang sama, masih punya keyakinan bahwa capaiannya akan jauh lebih baik. Padahal, kalau mau kita pikirkan dengan sistematis, basisnya apa?

Langkah apa yang membuat hasil kedepan akan lebih baik dari kemarin, seringkali tidak ada basis data apalagi argumentasi memadai.

Sadari

Tugas kita sekarang harus menyadari, apakah kita telah sampai pada kesadaran, kesadaran kuat akan hal itu.

Dalam kehidupan, kita sering kali menemukan diri kita dengan banyak ide, keinginan, dan tujuan. Namun tak satupun ide itu menjadi kenyataan, mengapa?

Tidak lain karena proses berpikir yang merupakan langkah awal, yang relatif mudah, hanya muncul dan melayang bebas tanpa batasan.

Akibatnya, ketika tiba saatnya untuk bertindak, kita mungkin menghadapi tantangan yang jauh lebih besar. Salah satu alasan utamanya adalah karena tindakan memerlukan upaya fisik dan mental, yang mana sering kali melibatkan risiko, pengorbanan, atau perubahan dari rutinitas yang sudah nyaman.

Hambatan-hambatan ini dapat menghalangi kita dari mengambil langkah pertama, meskipun kita tahu apa yang perlu dilakukan.

Lebih jauh, kesulitan untuk bertindak sesuai dengan pemikiran tidak mudah dicapai karena ada faktor psikologis, seperti keraguan diri, ketakutan akan kegagalan, atau kecenderungan untuk menunda. Yang mana “obat” semua itu adalah membaca dengan mendalam.

Mustahil orang yang tidak membaca punya pengetahuan apalagi keyakinan.

Begitu juga ketika seseorang memiliki pemikiran yang baik namun ragu untuk bertindak, ini mungkin terjadi karena ada ketidakseimbangan antara kepercayaan diri dan kemampuan untuk melawan ketidakpastian. Pengetahuannya lemah, begitu pun keyakinannya.

Nah, orang sering kali mengalami dilema antara keinginan untuk mewujudkan apa yang mereka pikirkan dan rasa takut akan hasil yang mungkin tidak sesuai harapan. Hal ini mengakibatkan perasaan terjebak dalam lingkaran pikiran tanpa tindakan nyata.

Apalagi kalau seorang pemimpin, kerjanya hanya bisa melihat kekurangan anak buah dan tidak berkontribusi untuk tumbuh kembangnya bawahan, orang seperti itu ucapannya saja bukan hasil pemikiran. Apalagi tindakannya!

Solusi

Solusi untuk mengatasi hambatan ini adalah dengan menerapkan pendekatan bertahap untuk bertindak.

Tapi (tetap dengan catatan) itu tahapan yang mungkin kita lakukan setelah berpikir mendalam, juga setelah membaca dengan menyeluruh. Tanpa itu, orang atau pun organisasi hanya akan berjalan dengan rutinitas dan keliling terus seperti keledai penggiling gandum.

Jadi, sekarang mulailah dengan menetapkan tujuan yang realistis dan terukur, sehingga tindakan pertama menjadi lebih mudah dicapai dan tidak terasa memberatkan.

Selanjutnya, penting untuk melatih pola pikir yang fokus pada pertumbuhan, di mana kegagalan dilihat sebagai bagian dari proses belajar, bukan sebagai akhir dari upaya.

Dukungan sosial, seperti mencari teman atau mentor yang dapat memberikan dorongan, juga dapat membantu kita bertindak sesuai dengan pemikiran kita.

Dengan demikian, maka langkah-langkah itu, akan membuat seseorang dapat memperkuat keteguhan bergerak dari ide menjadi aksi, meskipun awalnya terasa sulit.

Namun seperti tumbuhan, perlahan namun pasti akan berbuah pada akhirnya. Karena langkah maju itu dapat kita capai dengan ilmu bukan terburu-buru apalagi hawa nafsu.*

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *