Home Artikel Apa yang Bisa Kita Lakukan, Fokuslah!
Apa yang Bisa Kita Lakukan, Fokuslah!

Apa yang Bisa Kita Lakukan, Fokuslah!

by Imam Nawawi

Sebagian orang resah, karena mereka ingin melakukan hal-hal yang tak bisa mereka laksanakan. Padahal rumus hidup itu adalah tentang apa yang bisa kita maksimalkan dari hal-hal yang bisa atau biasa kita lakukan.

Perhatikanlah, bagaimana orang yang kompetensinya mengajar tetapi bermimpi sukses berbisnis. Itu bisa ia lakukan, tapi hal tersebut memakan waktu tidak sebentar.

Begitupun orang yang sudah kaya raya karena menempuh jalur perdagangan, ia bermimpi bisa duduk di masjid sepanjang malam. Ingin rasanya dzikir dan shalat seperti para ulama. Padahal ia sadar, kompetensi dasarnya adalah berniaga.

Hal ini pula yang menyebabkan orang mulai curiga dengan sangat kepada politikus yang bergelar profesor. Ia tak jelas kapan kuliah dan mengajar, tahu-tahu dalam posisi politik tinggi menyandang gelar guru besar.

Pertanyaannya simpel, apakah politikus seperti itu benar-benar sekualitas guru besar?

Tetapi begitulah kenyataan, banyak orang ingin sekali mendapatkan semua atas hal-hal yang tak benar-benar mereka lakukan dengan sebaik-baiknya.

Baca Juga: Apakah Organisasi Anda Sehat?

Politisi akan hebat kalau bisa melahirkan kebijakan yang membela rakyat. Akan terus dalam kenangan bangsa dan negara jika mampu membangun sistem yang adil, sehat dan berkelanjutan. Bukan yang sepanjang jadi politisi, hanya mau dirinya saja yang menonjol. Mungkin ia bisa membeli media, tapi siapa yang mau percaya!

Penggerak Pembangunan

Saya selalu ingat ungkapan Rocky Gerung, bahwa sekiranya KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan dan bagi saya (Ustadz Abdullah Said) memilih menjadi politisi, duduk di atas kursi empuk, mungkin nama mereka tak seharum sekarang dalam kenangan banyak orang.

Kedua tokoh dan pendiri Hidayatullah pada 1973 itu adalah orang-orang yang memilih jalan hidupnya dalam kiprah dan dakwah: mencerdaskan kehidupan bangsa.

Mereka bukan tidak mau jalur cepat, mengubah warna pembangunan negeri dengan ide dan gagasan mereka. Pemahaman mereka terang, bahwa jalan mendirikan kemajuan memang tidak sebentar, tidak bisa buru-buru, maka mereka memilih mengembangkan manusia dengan penuh kesabaran dan keteladanan.

Lihatlah bagaimana sekolah-sekolah Muhammadiyah, NU dan juga Hidayatullah menyebar di seluruh Indonesia.

Berapa anak bangsa yang memandang sekolah sebagai mahal akhirnya benar-benar bisa belajar dan lulus dengan karakter intelektual dan moral yang mereka pantulkan dalam kebaikan membangun masyarakat.

Tak sekelas tokoh, tapi iman mereka kokoh. Tak sehebat selebriti, tapi niat mereka pasti, ingin berkontribusi bagi agama, bangsa dan negeri.

Temukan

Dari secuil perenungan ini, kita akhirnya penting menyadari, bahwa ada hal yang penting kita temukan. Yakni bagaimana bisa bermakna dengan apa yang bisa kita lakukan.

Baca Lagi: Menyala: Energi Positif dalam Kehidupan

Seorang teman memiliki skill videografi. Ia sempat bimbang karena dalam bekerja gaji yang ia peroleh tak seperti dalam dunia profesional secara umum.

Namun ia tetap kokoh, karena setiap detik dan menit karya video yang ia hasilkan, niat dan hasilnya jelas, mengajak orang pada kebaikan.

Ia teguh, ia kokoh, dan ia berjuang untuk istiqomah dengan kemampuannya tetap dalam barisan dakwah.

Temanku itu tak bisa ceramah layaknya ustadz, tetapi dia bisa mengamplifikasi konten ceramah banyak ustadz untuk mencerahkan banyak orang melalui saluran digital. Ia tahu, pada akhirnya dirinya akan benar-benar bercahaya, menerangi jiwa yang memerlukan petunjuk.

Sekarang, coba tundukkan kepala, pejamkan mata perlahan-lahan, apa yang sebenarnya bisa kita lakukan?

Jika telah menemukan jawaban, cobalah untuk fokus. Pepatah mengatakan, belakang parang yang terus diasah, akhirnya akan tajam juga. Dalam kata yang lain, jangan risau dengan apa yang tak bisa kita lakukan.

Tetapi, risaulah jika ada yang bisa kita lakukan, namun diri tak segera menunaikannya. Karena kepastian hari esok (secara empiris) bergantung pada apa yang jadi tindakan kita, setiap hari, sepanjang hayat kita. Dan, kebiasaan kita, itulah ke-bisa-an kita. Jadi temukan, pilih dan perjuangkan. Itulah dirimu.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment