Pertanyaan apa yang menjadikan orang Palestina hebat, termasuk yang sangat penting diutarakan oleh setiap insan.
Sebab, pada dasarnya, orang menghendaki kehidupan yang aman dan nyaman, sehingga adalah satu hal yang luar biasa jika kemudian hal ini tidak dimiliki oleh orang-orang Palestina.
Mereka memilih bertahan di Palestina, mempertahankan Masjid Al-Aqsha dengan taruhan harta, darah, jiwa bahkan nyawa.
Baca Juga: Maha Adil-nya Allah Ta’ala
Sebagai gambaran betapa tidak mudah hidup di Gaza bisa kita perhatikan satu sisi kehidupan mereka.
Semua barang keperluan hidup sehari-hari di Jalur Gaza sungguh mahal. Mulai dari tepung untuk membuat khubz (roti makanan sehari-hari) yang harus mereka bayar dengan mata uang penjajah Zionis yaitu sheqel, sampai beras, mulai dari minyak untuk memasak, apa lagi pakaian. Harga 2 kilo beras di Gaza sekitar 15 sheqel atau sekitar Rp 32.500.
Namun, mengapa orang Palestina memilih “akrab” dengan kesulitan itu?
Negeri Kami
“Ini adalah negeri kami. Ini adalah bumi ribath,” kata seseorang yang telah kehilangan banyak keluarganya akibat agersi militer yang dilakukan Yahudi.

Di Palestina ada semangat iman, ilmu, amal
Lebih jauh dalam dimensi keimanan, Palestina adalah negeri para Nabi dan Rasul, bahkan tidak sedikit sahabat Nabi Muhammad SAW yang hijrah ke Palestina.
Lebih jauh, ulama-ulama besar kelas dunia juga banyak yang lahir dari Palestina. Beberapa di antaranya, Imam Syafi’i, yang lahir di Gaza. Kemudian Ibn Hajar Al-Atsqalani.
Lebih mendalam lagi, semakin sulit kehidupan yang mereka hadapi dari sisi fisik dan materi, mereka semakin dekat dengan Alquran.
Tidak heran, di Palestina, dalam situasi perang, banyak anak-anak cerdas karena dekatnya mereka dengan Alquran. Bahkan, dalam situasi perang dan tidak aman, Alquran terus menjadi pelajaran utama dan pertama di Palestina.
Dr. Abdurrahman Jamal Yusuf pendiri Yayasan Darul Quran was Sunnah di Gaza mengatakan, “Alquran mengajarkan kami untuk sanggup bertahan melawan gempuran serangan Israel.”
Jadi, di balik musibah berupa penjajahan Yahudi Zionis atas warga Palestna, ada berkah yang terus melimpah, yakni kedekatan mereka dengan Alquran dan kesadaran mereka bahwa jihad adalah jalan terbaik mengisi kehidupan dunia ini.
Pengingat Muslim Dunia
Ketika warga Palestina, utamanya di Gaza mengisi kehidupan dunia dengan pandangan ukhrowi, di banyak tempat lain, sebagian umat Islam sudah tidak lagi komit dengan ajaran mulianya.
Kata Salman Al-Audah dalam bukunya “Teirmakasih Musuhku” mereka saling benci, suka saling menjatuhkan, memfitnah dan berpecah belah. Tidak dekat dengan syariat dan jauh dari Alquran.
Kala membandingkan hal tersebut, kita patut bersyukur kepada Allah atas apa yang terjadi di abad modern ini. Sebagian umat Islam bisa memandang apa sebenarnya dunia secara jelas dan tegas.
Seorang kolega mengatakan kepada saya, “Sejarah akan berulang, Israel masih diberi eksistensi sebagai sarana tarbiyah umat zaman sekarang. Kalo ga ada Palestina, mungkin kita semakin lalai.”
Baca Juga: Inilah Alamat Kehancuran
Alhamdulillah. Jadi, mari bersyukur dan berterimakasih kepada Muslim di Gaza, All-Quds dan seluruh Palestina, yang rela bersabar, tabah dan tegar dalam menghadapi penjajahan Zionis Yahudi.
Tanpa (kehendak Allah melalui) mereka (keikhlasan orang Palestina), mungkin sebagian besar umat Islam telah terlena oleh kesenangan dunia yang menipu, mudah berseteru dengan sesama dan benar-benar kehilangan arah. Allahu a’lam.*
Mas Imam Nawawi_Perenung Kejadian