Mas Imam Nawawi

- Artikel

Apa Gunanya Bahas Taliban?

Belakangan kata “Taliban” ramai di pemberitaan dan media sosial. Beragam tulisan dan analisis muncul ke permukaan. Tetapi kalau kita lihat dari sisi “aksiologi” apa gunanya membahas Taliban. Pertanyaan ini penting agar kita tidak termakan oleh berita yang beredar padahal tidak demikian realitanya. Pada saat yang sama agar kita tidak terlalu euforia padahal tidak tahu betul, […]

Apa Gunanya Bahas Taliban?

Belakangan kata “Taliban” ramai di pemberitaan dan media sosial. Beragam tulisan dan analisis muncul ke permukaan. Tetapi kalau kita lihat dari sisi “aksiologi” apa gunanya membahas Taliban.

Pertanyaan ini penting agar kita tidak termakan oleh berita yang beredar padahal tidak demikian realitanya. Pada saat yang sama agar kita tidak terlalu euforia padahal tidak tahu betul, apa yang sebenarnya terjadi.

Terlebih, mantan Wapres RI, Jusuf Kalla mengaku terkejut Taliban dengan “mudah” menaklukkan Kabul sebagai ibu kota Afghanistan.

Baca Juga: Amal Politik dan Kemerdekaan

Seperti Juru Bicara Kemenlu RI Teuku Faizasyah katakan, bahwa perlu waktu untuk mencermati apa yang sedang terjadi di Afghanistan. Karena memang sangat dinamis dan mengalir (fluid).

Hari ini (19/8) kala kita ketik kata Taliban, Google menyajikan berita perihal gerakan yang bertahan 2 dekade dari tekanan AS dan NATO ini, masih trending.

Mulai dari Taliban temui Mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai di Kabul sampai pada sisi berita dengan judul “Haruskah RI Dukung Taliban?”

Pelajaran Hidup

Mengambil sisi yang dapat jadi pelajaran dari Taliban termasuk langkah yang menarik untuk dilakukan. Setidaknya karena beberapa alasan berikut.

Pertama, Taliban mampu bertahan selama 20 tahun menghadapi tekanan berat dari AS dan sekutu.

Saat kita tinjau dari sisi mental, tentu pilihan ini bukan sebuah keputusan biasa, mengingat bertahan dengan sikap dan mental selama 20 tahun dalam keadaan tidak “menguntungkan” bukanlah tanpa konsekuensi serius dan berkepanjangan.

Kalau orang ambil candaan, lawan politik saja bisa jadi kawan setelah bertarung keras. Ini Taliban mampu bertahan sedemikian rupa padahal urusannya bukan soal koalisi atau oposisi bicara keuntungan materi.

Kedua, Taliban sejak awal, yakni kala tentara Unisoviet meninggalkan Afghanistan telah menerapkan sistem dan manajemen pemerintahan yang baik, mulai dari berhasil memberantas korupsi, penegakan hukum, hingga membuat jalan-jalan dan daerah-daerah di bawah kendali mereka aman untuk perdagangan berkembang.

Kebaikan

Jadi, kalau mau kita bahas sisi baik sehingga kita dapat memeroleh pelajaran dari kasus Taliban adalah, sisi konsistensi dan mentalitas dalam bertahan dalam situasi tidak mudah.

Bangsa Indonesia, terutama elit politik, intelektual dan para politisi penting belajar dalam hal ketangguhan konsistensi.

Tidak mudah berubah sikap dan ucapannya, sehingga tetap memiliki integritas yang tinggi.

Kelompok populer Afghanistan punya kekuatan itu, yang mereka buktikan pada Januari 2020. Taliban bisa duduk setara melakukan penandatanganan perjanjian damai di Doha Qatar. Yang mana perjanjian itu menandai usainya invasi militer AS di Afghanistan selama 18 tahun lebih.

Baca Lagi: Menanti Peran Politisi dan Partai Umat Islam

Inilah satu kebaikan yang penting jadi pelajaran hidup bagi kita sebagai pribadi dan bangsa, bahwa konsistensi dan keteguhan pada visi dan nilai-nilai yang diyakini sebagai kebenaran, lambat laun akan sampai pada garis kemenangan. Allahu a’lam.*

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *