Home Kisah Apa Cara Terbaik Mengatasi Hambatan?
Apa Cara Terbaik Mengatasi Hambatan

Apa Cara Terbaik Mengatasi Hambatan?

by Imam Nawawi

Selepas sholat Maghrib di Masjid Baitul Karim, Jakarta Timur (31/8/22) sejumlah mahasiswa mendatangi saya. Salah seorang dari mereka bertanya. “Bang, apa cara terbaik mengatasi hambatan?”

Karena saya tidak begitu mengerti hambatan itu dalam hal apa, maka saya tanya kembali, “Hambatan dalam rangka mencapai apa?”

Ia bertutur. “Saya ini lama sekali ingin bisa menulis dan rajin membaca. Tapi saya sering kena malas, banyak lagi hambatan lain,” ungkapnya.

Baca Juga: Mari Maksimalkan Internet Sebagai Media Dakwah

Ketika saya menarik nafas hendak menjawab. Ia kembali berbicara. “Kira-kira bagaimana supaya rajin membaca dan menulis, Bang?”

Nyebur Kolam Renang

Saya tak punya jawaban bagaimana caranya. Apalagi yang sifatnya teoritis. “Mau jawaban cepat,” ucapku menawarkan. Mahasiswa itu langsung saja menganggut.

Menulis itu seperti orang pergi ke kolam renang ingin bisa berenang. Kalau seseorang belum bisa berenang dan dia sudah berada dalam area kolam renang, cera terbaik adalah langsung nyemplung ke kolam renang.

Ketika kolam renang itu dalam, seketika orang itu akan bergerak dengan gaya apapun agar tidak tenggelam.

Nah, sama dengan menulis. Orang tidak perlu berpikir gaya apa yang menarik minat orang. Tetapi mulailah menulis.

Tulis apa pun yang rasa hati ingin menulisnya. Ketika membahas itu ada dua anak kecil berlari-lari di masjid. Saya sampaikan, “Coba perhatikan anak-anak yang berlari itu. Itu pun bisa jadi bahan tulisan.”

Cara berikutnya jangan kenal kata berhenti. Biasanya orang punya semangat. Tetapi umumnya tidak tahan lama. Kalau ingin bisa menulis jauhi malas apalagi berhenti.

Orang yang berhenti adalah orang yang akan kehilangan keindahan sejarah dalam perjalanan hidupnya. Apalagi kalau berhenti dari belajar menulis.

Saatnya Berbicara

Menulis kata Dr. Syamsuddin Arif: “Orientalis dan Diabolisme Pemikiran” menulis sama dengan berbicara, tepatnya mengajak orang berbicara.

Bukankah ketika Anda membaca tulisan ini Anda sedang berbicara dengan saya? Begitulah kata pria ahli 8 bahasa asing itu.

Dalam era internet seperti sekarang kalau anak muda tidak ramai berbicara dalam bentuk tulisan terutama, maka gagasan yang kalian miliki tidak akan pernah muncul, dikenal dan jadi perhatian publik.

Akan tetapi kalau rajin menulis, kemudian menyiarkan melalui ragam akun media sosial, sungguh itu akan jadi sebuah pesan yang terus mendapat perhatian orang.

Baca Lagi: 3 Langkah Menulis Skripsi Jadi Mudah

Namun lebih dari apapun, niatkanlah menulis karena Allah untuk terus mengukir catatan hebat: mengisi waktu dengan kebaikan, mensyukuri kesehatan dengan produktivitas.

Dan, memaksimalkan kesempatan hidup untuk mencerdaskan diri dan mendakwahkan kebaikan-kebaikan. Kalau itu sudah hadir dalam kesadaran, apakah masih ada hambatan yang tak bisa kita selesaikan?*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment