Shubuh belum begitu lama berlalu, sekalipun langit sudah mulai tampak terang dengan warnanya yang biru. Saya yang membuka Shafwatut Tafsir sampai di bahasan perihal bentuk-bentuk jihad. Lalu apa bentuk jihad kita?
Surah Albaqarah ayat 261 mengulas perihal keutamaan sedekah dan bagaimana perumpamaan orang yang meraih keutamaan dengan sedekah itu.
Syaikh Ali M Ash-Shabuni menuliskan, “Maka dalam ayat-ayat ini Allah menjelaskan anjuran berinfaq di jalan Allah, khususnya berkenaan dengan jihad melawan musuh-musuh Allah.
Baca Juga: Inilah Kisah Pemuda yang Hidup Bahagia
Sebab berjihad di jalan Allah bisa dilakukan dengan tiga cara.
Pertama, memberi keyakinan dengan mengedepankan argumen dan dalil
Kedua, berjihad dengan jiwa. Ketiga, berjihad dengan harta.
Ayat Infaq
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Albaqarah: 261).
Ibn Katsir mengatakan, “Ini adalah permupamaan yang dibuat oleh Allah untuk melipatgandakan pahala bagi orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah dan mencari ridha-Nya.”
Asbabun Nuzul
Ayat tersebut turun kepada Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf dalam Perang Tabuk.
Kala itu, Utsman menyiapkan 1000 unta beserta pelananya dan meletakkan 1000 dinar di hadapan Nabi Muhammad SAW.
Nabi pun memeriksa dan bersabda, “Apa yang telah dilakukan Utsman tidak akan memudharatkan dirinya setelah hari ini.”
Selanjutnya Abdurrahman bin Auf datang kepada Nabi SAW dengan membawa 4000 dirham. Kemudian ia berkata.
“Wahai Rasulullah, aku memunyai 8000 dirham, lalu aku simpan setengahnya untuk diriku dan keluargaku dan setengahnya lagi aku ‘pinjamkan’ kepada Tuhanku.”
Lalu Rasulullah SAW berkata kepada Abdurrahman bin Auf. “Allah telah memberkati kamu terhadap uang yang kamu simpan dan terhadap uang yang kamu infaqkan.”
Lalu, turunlah ayat, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah….”
Mutiara Hidup
Dengan fakta yang sedemikian terang, maka amatlah jelas bagi umat Islam bahwa memiliki harta bukanlah tujuan.
Justru harta harus dapat menjadi kesempatan emas bagi diri untuk terus mengasah keimanan, berperan signifikan dalam perjuangan dan mendapatkan keberkahan dari sisi-Nya.
Harta dan Kapal di Atas Laut
Pertanyaannya mengapa harta harus diperlakukan seperti itu?
Analoginya amat sederhana. Ketika manusia mengarungi lautan dan dia tetap berada di atas kapal yang kapalnya tidak bocor hingga air masuk ke dalam kapal, maka selamatlah perjalanan orang itu di atas kapal.
Tetapi begitu kapal yang mestinya di atas air laut itu juga dimasuki air laut, maka tenggelam adalah keniscayaan.
Sama dengan hati manusia, ia akan kuat iman dan kemanusiaannya sejauh menjaga kecintaan dirinya terhadap harta. Begitu harta dicintai bahkan menguasai hati, maka jelas, iman dan kemanusiaannya akan lenyap.
Persis seperti hidup orang di masa Nabi Musa yang amat terkenal, yakni Qarun. Dimana harta benda yang begitu banyak membuatnya binasa di dalam bumi karena berbuat sombong dan angkuh.
Baca Lagi: Berkah Hidup dengan Berbagi
Jadi, jihad yang setiap jiwa bisa melakukan, terutama yang memang diberi oleh Allah harta yang banyak adalah jihad dengan hartanya.
Dan, jangan ragu, janji Allah kepada orang yang diberi harta lalu dia infaqkan di jalan-Nya, ada pahala yang besar yang telah Allah sediakan.*