Berandai-andai sebenarnya tidak dianjurkan dalam Islam. Namun sebagai sebuah upaya untuk mengangkat moral dan superioritas mental dan intelektual, langkah ini penting untuk hadirkan solusi melalui tangga imajinasi. Terlebih sosok Umar bin Khathab bukan dongeng. Jadi masih wajar saya kira jika dikatakan andai Umar memimpin Indonesia.
Pengandaian ini penting karena bangsa Indonesia saat ini mengalami krisis kepemimpinan sekaligus kondisi mental dan intelektual yang disorientasi.
Baca Lagi: Pelajaran dari Suku Baduy
Ini dibuktikan dengan belum berfungsinya banyak pemimpin di berbagai level dengan semestinya, yakni membela dan melindungi kaum lemah.
Disaat yang sama, publik mulai “mengakui” bahwa kalau namanya pemimpin memegang jabatan, sudah pasti kalkulasinya selalu uang dan keuntungan.
Akibatnya hari ini alam realitas bangsa ini kering dari inspirasi dan keteladanan kepemimpinan. Bahkan kini gerak dan langkah bangsa ini bukan lagi dikendalikan seorang pemimpin tetapi seseorang atau sistem yang tidak terlihat namun terus berhasil menentukan keadaan.
Sosok Umar
Umar adalah sosok sahabat Nabi yang amat kuat leadershipnya. Ia benar-benar mengendalikan keadaan. Namun di tengah kekuasaannya yang begitu besar ia justru menjadi manusia paling sederhana dalam hal kehidupan dunia.
Pernah suatu waktu utusan Romawi datang ke Madinah ingin bertemu Umar bin Khathab ra. Tak dinyana, ternyata pria yang dianggap besar dan mulia oleh kaum Muslimin itu ditemui sedang tidur di bawah pohon kurma.
Tak ada dipan apalagi singgasana. Sebagian pipinya terdapat debu menempel. Namun, pemandangan itu mengagetkan utusan Romawi itu.
Tak mampu mencerna apa yang dilihatnya, utusan Romawi itu terheran-heran dengan keadaan yang baru saja ia saksikan.
Hikmah yang bisa kita petik di sini adalah bahwa kualitas seorang pemimpin yang sejati tidak ditentukan oleh pasukan yang mengawalnya, tempat tidur yang digunakan atau pun istana yang didiaminya.
Tetapi lebih pada komitmen kepemimpinan yang berupa tanggungjawab besar dimana kelak di akhirat, kala dirinya tidak sungguh-sungguh, pasti akan ada bahkan banyak orang yang menggugat kepemimpinannya karena telah lalai dan abai melindungi dan melayani masyarakat yang dipimpinnya.
Indonesia
Indonesia, sangat butuh pemimpin seperti Umar itu. Mungkin tak harus tidur di bawah pohon, karena esensi yang penting diteladani bukan dimana tidur, tetapi bagaimana tidur itu bukan untuk lepas tanggungjawab.
Pemimpin yang Indonesia butuhkan ialah yang mengerti apa masalah rakyat dan bagaimana mengatasinya, yang untuk meretas semuanya butuh komitmen dan mujahdadah, sehingga ia tak sanggup berpikir bagaimana terus berada di kursi kekuasaan.
Tetapi bagaimana rakyat segera dibantu dan disolusikan masalahnya. Yang lapar bisa makan, yang miskin bisa sekolah, yang sakit bisa sehat, dan yang pengangguran bisa mendapatkan pekerjaan.
Dan, ini tidak mungkin lahir hanya karena kekuatan intelektual seseorang, tetapi juga visi hidup dan spiritual.
Sebab hari ini banyak orang bertitel sarjana bahkan doktor, tapi, apakah hidup perasaannya terhadap penderitaan rakyat. Apakah ada kepekaan terhadap keluhan dan rintihan rakyat.
Baca Lagi: Jejak Kebaikan Ustadz Salim Sukamto
Atau justru ilmu telah bertekuk lutut atas semunya kenikmatan berupa kekuasaan?
Langkah terbaik, kita tak cukup berimajinasi bahwa datang sosok anak bangsa yang berjiwa seperti Umar. Tapi mari bersama-sama berdoa dan berupaya agar kelak lahir pemimpin negeri yang jalan hidupnya senafas dengan nafas kepemimpinan Umar.
Sehingga kelak bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju pembangunan manusia dan semua sisi kehidupannya, namun tetap tangguh dalam ilmu, akhlak dan kemajuan kemanusiaan. Insha Allah akan ada dan datang masa yang sama-sama kita harapkan itu. Insha Allah.*