Home Kajian Utama Andai Kurasa?
apakah kita telah memiliki metode untuk mentransformasikan kegelisahan KH. Hasyim Asy'ari dalam kegelisahan kita. Sebab mengenal tokoh tanpa mampu merasakan kerisauannya, ini yang menjadikan pemahaman sejarah berhenti pada kekuatan kognitif. Belum mampu menjadi power penggerak perubahan

Andai Kurasa?

by Imam Nawawi

Perjalanan manusia telah begitu panjang. Jangankan dari Nabi Adam as, dari Nabi Muhammad SAW saja telah berlalu selama 1446 tahun. Artinya, sebagai manusia yang hidup saat ini, hal paling sulit bagi sebagian besar orang adalah apa yang dapat dirasakan dari kebahagiaan Nabi SAW bersama sahabat menjadi Muslim. Maka muncullah istilah “Andai Kurasa?”

Andai kurasa ini bisa menjadi sebuah pendekatan untuk menjadikan hati dan akal kita secara kesadaran mirip atau minimal se-koridor dengan apa yang dahulu Nabi dan para sahabat, serta orang-orang shalih rasakan dalam hidup mereka.

Ambil contoh, Ikrimah ra. Ia putra Abu Jahal. Namun kala Fathu Makkah dan ia bersyahadat di hadapan Nabi SAW, tekad dan arah hidupnya jelas.

Ikrimah berniat untuk berjuang (jihad) lebih keras di dalam Islam dan berinfak di jalan Allah 2 kali lebih banyak dari yang selama ini Ikrimah lakukan untuk menghalang-halangi orang lain menerima kebenaran Islam. Kemudian, Ikrimah berhasil memenuhi janji itu.

Apakah kita bisa merasakan seperti apa bahagianya Ikrimah?

Mungkin belum terbayang, tetapi kita harus berlatih menghadirkan satu rasa yang menjadi pengalaman salah satu sahabat Nabi, Ikrimah ra.

Kalau mau lebih dalam, kita bisa coba melatih diri merasakan apa yang Nabi Musa as rasakan, kala mendapat tugas dakwah.

Tugas dakwah yang tidak mudah, karena harus menyampaikan kebenaran kepada Fir’aun. Lihatlah bagaimana Nabi Musa as mengutarakan rasa takutnya, kelemahan dirinya. Lalu Allah memberikan penegasan bahwa Nabi Musa pasti selamat dan tidak akan menderita. Bahkan agar Fir’aun punya peluang sadar, Allah memerintahkan Nabi Musa dan Harus memilih kata-kata atau kalimat yang penuh kasih (qaulan layyinan).

Empati

Dalam teori empati, kita mendapat dorongan agar melatih diri dapat merasakan apa yang orang lain rasakan.

Tetapi hal ini bisa kita kembangkan, untuk melatih diri merasakan apa yang dahulu para pejuang Islam rasakan.

Oleh karena itu, saat saya hadir dalam acara Bentara Budaya yang di sana ada Kang Maman dan Inayah Wahid (putri Gus Dur). Saya memberikan sebuah usulan bahwa mengenalkan tokoh-tokoh Indonesia memang bagus tentang kesehariannya.

Namun, yang tak kalah penting, apakah kita telah memiliki metode untuk mentransformasikan kegelisahan KH. Hasyim Asy’ari dalam kegelisahan kita. Karena kala seseorang mengenal tokoh tanpa mampu merasakan kerisauannya, ini yang menjadikan pemahaman sejarah berhenti pada kekuatan kognitif. Belum mampu menjadi power penggerak perubahan.

Saya juga teringat kala masih SMA dahulu. Saat teman mempresentasikan sosok Jenderal Besar Sudirman, saya bertanya hal seperti itu.

Baca Juga: Hidup Bahagia dan Membahagiakan

“Apa yang menyulitkan kita hari ini berkepribadian seperti Jenderal Sudirman. Sampai kapan kita bahas sosok hebat itu dan hanya jadi bahasan-bahasan yang tak membentuk kepribadian?”

Lompatan

Jadi, kalau kita mau renungkan dengan mendalam, “Andai Kurasa” ini dapat mendorong lahirnya kesadaran yang melahirkan lompatan penting setiap orang.

Lompatan penting itu bisa berupa ketekunan, keterampilan, dan kebermanfaatan yang memang orang tunggu hari ini.

Oleh karena itu menarik ketika Kang Maman mengulang-ulang ungkapan Ki Hajar Dewantara dalam setiap sesi bincang literasi, bahwa dalam hidup ini kita harus bisa “ngerti, ngeroso, ngelakoni.”

Andai kurasa dalam konteks ini menjadi tahapan kedua setelah ngerti. Orang-orang yang ngeroso adalah yang telah sukses membangun budaya membaca, berpikir, meneliti dan mengembangkan pengetahuan.

Selain itu, konsep ngeroso itu penting agar kala kita masuk tahap ngelakoni, kita benar-benar telah berada di jalan yang lurus. Siap menghadapi suka dukanya yang pasti akan mengantarkan kita pada kemenangan dan kebahagiaan hakiki.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment