Pagi hari saya memutuskan berjalan-jalan mengitari sebuah taman di Jakarta Timur (1/11). Selepas cari sarapan, kolega saya melihat ada penjual koran di sudut taman. Kami pun menghampiri dan membeli Koran Kompas. Pada bagian bawah halaman depan, saya baca berita dengan judul “Siasat Anak Muda Hindari Manuver Politisi.” Sepintas saya menyimpulkan anak muda sekarang mulai ogah jadi instrumen politik praktis.
Kesimpulan sementara saya ternyata semakin kuat, seiring dengan kalimat demi kalimat yang kubaca. Sebagian anak muda mulai gerah bahkan ogah dengan politik praktis.
Berita itu menceritakan seorang anak muda yang sekarang berprofesi sebagai ojek online. Kala itu, Jumat (27/10/2023) dalam kemacetan ia mendapat panggilan telepon dari pengurus partai politik.
“Lagi di jalan, nanti telepon lagi,” katanya langsung mengakhiri.
Tanpa ditanya, pemuda itu langsung meluapkan kekecewaannya.
“Dekat pemilu baru nelpon, dari dulu kemana aja,” ujarnya.
Baca Juga: Desain Politik 2024
Setelah itu, ditelepon berkali-kali, ia tak mau jawab.
Umbar Janji
Dari secuil kasus itu, anak muda sepertinya mulai mengerti apa itu substansi politik, yakni kejujuran.
Politisi yang selama ini mungkin menang dengan gaya mengumbar janji, sepertinya tak akan punya harapan dalam Pemilu 2024.
Terutama yang bermain di dapil perkotaan, yang masyarakat sudah banyak dapat input informasi dari berbagai sumber. Mereka harus benar-benar mampu berpolitik dengan kejujuran.
Rakyat secara keseluruhan, sekalipun tak pandai menguraikan aspirasinya seperti para pengamat, namun mereka mulai punya kekokohan kesadaran. Sebagian dari mereka tidak mau diperjualbelikan dalam politik.
Dahulu mungkin uang bisa menipu orang, memberikan suara secara murah. Tetapi kini dan kedepan, sepertinya uang tak lagi akan mampu membeli suara rakyat. Kecuali yang memang benar-benar terjerembab ke dalam kegelapan, sehingga tidak mampu menyalakan energi pikiran sama sekali.
Pemuda itu Penentu
Anak muda itu mungkin mulai berpikir, bahwa ia akan mengalihkan dukungannya kepada politisi yang tepat. Walau pun basis tindakannya adalah kekecewaan, tetapi itu poin pertama untuk move on.
Namun, jika setiap tindakan anak muda dalam politik selalu berdasarkan kekecewaan, bisa jadi hanya akan terperangkap dalam situasi yang sama. Kata pepatah, keluar dari mulut harimau, masuk ke dalam mulut buaya.
Dalam kata yang lain, pemuda harus mampu menjadi penentu dalam politik 2024.
Baca Lagi: Muhasabah Politik Umat
Handphone di tangan itu bisa kita gunakan untuk melihat mana politisi jujur dan mana yang suka umbar janji. Cek lebih dalam ke dapil masing-masing. Pastikan dari sekarang sudah punya list politisi jujur dan yang suka umbar janji.
Selanjutnya pastikan, pilihlah politisi yang baik, yang tak banyak tebar janji. Akan tetapi yang mampu membawa bukti, kemarin, saat ini dan di masa mendatang.*