Semalam (5/5/25), saya ngobrol dengan seorang kolega. Obrolan kami meluas, dari isu-isu populer sampai ke satu hal yang cukup serius: soal mental anak muda yang masih naik-turun. Semangat kala dalam ruangan, melemah saat di lapangan.
Ia cerita, ada beberapa anak muda dari kampung halamannya di Jakarta yang ia bina. Semangat mereka luar biasa saat di ruangan, saat rapat, saat diskusi. Tapi, ketika waktu eksekusi datang—mereka hilang. Tidak muncul. Tidak bertanggung jawab.
“Sering banget,” katanya, “mereka bilang siap. Tapi pas waktu tampil, nggak ada. Dan itu berulang.”
Saya diam sejenak. Dalam hati, aku paham. Ini bukan sekadar soal kehadiran fisik. Ini soal konsistensi. Nyala api dalam jiwa yang masih redup, minim tenaga.
Mengapa Anak Muda Malas?
Lalu kami coba bedah akar masalahnya. Dan satu hal yang paling kentara: malas.
Malas inilah sumber dari lemotnya akal anak muda bergerak aktif. Akibatnya, badan pun mudah lemas, loyo, letoy, tak punya kekuatan.
Tragisnya, ternyata, banyak anak muda yang nggak bergerak bukan karena nggak mampu, tapi karena nggak ngerti kenapa mereka harus mulai.
Mereka belum bisa membayangkan manfaat jangka panjang dari tindakan hari ini. Mereka terlalu fokus pada kenyamanan sekarang.
Padahal, orang yang visioner selalu rela capek hari ini demi panen kebaikan di masa depan. Sebaliknya, yang hidup asal jalan, hanya ingin senang hari ini. Besok? Urusan nanti.
Mereka gagal memahami Soekarno dan Bung Hatta. Bayangkan kalau dua tokoh itu adalah mereka yang malas hari ini?
Yuk, Berbenah
Kita hidup di era terbuka. Peluang banyak. Akses mudah. Tapi tetap saja, semua akan jadi sia-sia kalau kita malas berpikir dan bergerak.
Main media sosial boleh. Nonton dan rebahan juga sah-sah aja. Tapi jangan biarkan semua itu membuat kamu stuck.
Masa depan nggak bisa dibangun dari niat dan keinginan doang. Harus dibayar lunas dengan kerja keras dan tekad untuk berbenah.
Apa tidak malu dengan sejarah pemuda bernama Bilal. Ia budak, tak punya akses intelektual, tapi mampu bernalar bahkan merevolusi diri menjadi manusia merdeka.
Jadi, sekarang waktunya nalar kita hidupkan. Saatnya untuk bergerak. Dan upgrade diri pelan-pelan. Karena perubahan butuh perjuangan, waktu dan pengorbanan.
Ini rumus kehidupan, yang walaupun teknologi maju, manusia yang akan sukses adalah yang punya mentalitas itu.*