Home Artikel Alquran dan Nalar Sehat
Alquran dan Nalar Sehat

Alquran dan Nalar Sehat

by Mas Imam

Belakangan ramai video beredar soal santri penghafal Quran menutup telinga karena tidak mau mendengar musik.

Seseorang yang kebetulan populer berkomentar dengan kalimat yang tampaknya sedikit lepas dari pertimbangan nalar sehat.

Nalar artinya kemampuan mempertimbangkan tentang baik dan buruk.

Jadi, ketika para santri penghafal Quran distigma dengan label tertentu, maka masalahnya bukan pada santri itu, melainkan pemberi stigma.

Baca Juga: Sistem Kebahagiaan itu Bernama Islam

Yang sangat mungkin, begitu terburu-buru, sehingga kehilangan kemampuan nalar saat memberikan statement.

Sebab, jika orang itu memahami bahwa menghafal Alquran itu butuh konsentrasi dan fokus yang terus menerus, boleh jadi ia akan sangat respek.

Kembali, ketidaktahuan memang kerapkali menjadikan seseorang kehilangan kemampuan nalar secara baik.

Kisah Imam Syafi’i

Dahulu kala, Imam Syafi’i, ketika masih kecil, sebut saja seperti para santri saat ini, berangkat ke masjid dengan menutup telinga pakai kapas.

Tujuannya jelas agar fokus dan konsentrasinya tidak terganggu oleh hal-hal yang tidak dimenguntungkan hafalan, termasuk di dalamnya suara-suara yang tidak diperlukan.

Jadi, apa yang dilakukan para santri itu ada relevansinya dengan sejarah bagaimana sosok santri begitu komitmen menjaga pendengarannya dapat fokus hanya pada Alquran.

Sehingga kemudian Imam Syafi’i dikenal sebagai ulama yang tingkat ingatannya sangat luar biasa.

Dalam sebuah riwayat dikatakan, sekali membaca buku, maka beliau ingat untuk selamanya. Bahkan Imam Syafi’i dikisahkan mampu membaca satu kitab hingga berulang kali.

Kemampuan seperti Imam Syafi’i sungguh amat dibutuhkan oleh generasi muda bangsa kita saat ini.

Ketika seseorang paham akan khazanah sejarah penting ini, tentu orang akan bangga dengan apa yang dilakukan oleh para penghafal Quran itu.

Dorongan Alquran

Alquran itu mukjizat dan isinya mendorong agar manusia mau bernalar sehat.

Salah satu kemampuan bernalar sehat dibutkikan dengan kemampuan mengingat atau menghafal dengan baik.

Quraish Shihab dalam Kultum Quraish Shihab dengan judul “Arti Penting Menggunakan Akal Menurut Alquran” menjelaskan bahwa menghafal bagaikan mengikat pengetahuan, sehingga tidak tercecer atau terlupakan.

Alquran amat sering menggunakan kata “yatafakkarun, yatadabbarun, ya’qilun, yatadzakkarun dan lainnya, yang artinya mendorong bahkan menantang manusia untuk bernalar dengan sehat.

Baca Lagi: Penyiksa Batin

“Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9).

Dengan demikian Alquran itu mendorong manusia menggunakan nalar sehat dengan sungguh-sungguh, sehingga dapat meraih pengetahuan dan hikmah serta mengantarkan diri pada kebaikan akhlak, sehingga tutur katanya itu seperti lebah, isinya madu, tidak sekedar manis tapi menebar manfaat.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment