Shubuh baru saja berlalu. Kala kubuka internet, muncul video Irene Handono, seorang Muslimah mantan biarawati. Ia menjelaskan bahwa kebenaran Alquran bersifat lintas waktu. Sedangkan akal manusia terbatas ruang dan waktu.
Saya tidak begitu terpesona dengan kalimat itu. Walau pun kata itu melekat dalam kesadaranku.
Dan, kala sedang asyik-asyiknya membaca buku tentang Komunikasi Intrapribadi, saya teringat satu ayat dalam Surah Al-Hasyir, yang memerintahkan umat Islam memperhatikan apa yang telah disiapkan untuk esok hari.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyir: 18).
Ada Apa dengan Esok?
Secara empiris, manusia cenderung terbuai dengan keadaan saat ini, kala ia dalam kesenangan harta dan dunia.
Baca Juga: Kapan Punya Pemimpin Negeri Lebih Berarti?
Sisi yang lain, manusia cenderung berlemah semangat bahkan putus asa, kala ia berada dalam kesulitan dan kesusahan hidup berupa kurangnya harta dan makanan.
Islam memandang, hendaknya setiap jiwa tidak terbuai atau pun terperangkap oleh jiwa yang kerdil dengan kondisi dan situasi alias waktu masa kini.
Tetapi harus benar-benar melihat dan menyadari bahwa waktu akan bergulir dan berjalan hingga sampai ke masa depan yang Allah tetapkan.
Secara garis besar, esok, dalam pandangan Alquran akan ada hari kematian, hari pembalasan, dan puncaknya ada waktu dimana manusia ditetapkan masuk ke dalam Surga dan ada yang masuk ke dalam Neraka.
Karena keberadaan dan kepastian Surga dan Neraka itu mutlak, maka Allah memerintahkan setiap umat Islam memperhatikan kesehariannya hari ini. Mulai dari pikiran, amal perbuatan hingga orientasi hidup. Jangan terjebak oleh yang namanya kehidupan dunia yang sifatnya hanyalah sementara, senda gurau dan permainan belaka.
Bukti Sejarah
Bukti-bukti sejarah pun ditampilkan dalam Alquran. Bagaimana orang yang ingkar kepada Allah karena merasa dirinya raja, punya kekuasaan, akhirnya Allah tenggelamkan di tengah lautan. Itulah Fir’aun.
Demikian pula dengan orang yang sombong karena merasa memiliki harta berlimpah, kemudian menolak kebenaran seruan Nabi Musa, hingga akhirnya Allah tenggelamkan semua kekayaan itu ke dalam bumi. Itulah Qarun.
Dan, beberapa bukti lainnya, perihal perilaku dan hukuman yang Allah timpakan kepada umat-umat yang unggul secara kehidupan duniawi namun bodoh dalam memandang kebenaran seruan dakwah Nabi dan Rasul karena dominannya hawa nafsu dalam hati mereka.
Jadi, kepastian, ketetapan, dan ketentuan, yang telah berlaku kepada umat terdahulu berupa siksa atau azab karena ingkar kepada Allah akan juga berlaku pada umat masa kini dan nanti. Kalau pun tidak di dunia, yang pasti kelak akan ada Surga dan Neraka.
Karena Allah Maha Suci dari kezaliman, maka melalui Alquran ditegaskan kepada umat manusia untuk benar-benar memperhatikan hari ini untuk keadaan esok yang lebih baik.
Dan, memahami ini sebenarnya sangat mudah, persis seperti orangtua yang menasihati anak-anaknya untuk rajin belajar kala kecil.
Baca Juga: Senyum Sebagai Strategi Dakwah
Bagi orangtua jelas, anak ini akan tumbuh menjadi orang dewasa. Sedangkan anak-anak tidak memahami waktu melainkan hari saat ini, yang sangat menarik kalau dipakai bermain dan bermain secara terus-menerus. Sampai tiba masa mereka bisa berpikir (baligh).
Antara Quran dan Alam Dunia
Alquran adalah petunjuk, penjelas, penerang, dan pembeda. Ini berarti siapa mengambil Alquran sebagai petunjuk, pasti selamat dari waktu ke waktu.
Alam dunia adalah tempat manusia diuji, apakah beriman atau kah kafir. Bersyukur atau kufur. Dan, kalau manusia mengambil selain Alquran sebagai petunjuk, maka ketahuilah bahwa sifat dunia akan terus berubah, manusia akan berubah dan kehidupan akan berubah.
Sedangkan Alquran dia tetap untuk selama-lamanya dan tidak akan pernah berubah.
Logikanya sederhana, orang berakal apakah mau mengambil sesuatu yang berubah-ubah sebagai pedoman?
Tentu saja sangat ingin yang tetap dan abadi selama-lamanya yang dijadikan pedoman dalam hidup. Adakah itu? Ada, yakni Alquran, yang mutlak kebenarannya hingga zaman berakhir!
Mas Imam Nawawi Ketua Umum Pemuda Hidayatullah
Bogor, 26 Jumadil Awwal 1442 H