Manusia kadang lupa bahwa hanya Allah yang paling penting dalam kehidupan ini.
Tidak sedikit manusia menyadari bahwa teman, relasi, jaringan dan pengetahuan penting. Tetapi sedikit yang menyadari bahwa Allah adalah yang paling penting.
Kesadaran teman, relasi dan jaringan penting terkategori kesadaran empiris. Namun, jika manusia hanya hidup dengan kesadaran tersebut, ia bisa lupa kepada Allah.
Baca Juga: Inilah Praktik Mengingat Allah yang Bikin Hati Adem
Ketika manusia lupa kepada Allah, maka ia akan merasa bahwa dunia ini tidak berada dalam genggaman Allah, sehingga mudah ia terseret pada cara berpikir yang merusak kehidupan, terutama merusak dirinya sendiri.
Tsa’labah
Lihatlah kisah Tsa’labah. Saat ia mendapatkan hadiah dari Nabi SAW berupa seekor kambing ia berjanji akan sholat dan dzikir di masjid.
Tetapi, seiring waktu bersamaan kambingnya yang terus berkembang dan begitu banyak, ia terseret pada kesadaran empiris. Akhirnya jelas ia tak lagi datang ke masjid untuk sholat berjama’ah.
Bahkan lambat laun ia merasa tidak ada yang perlu disumbangkan. Apalagi harus membayar zakat. Tsa’labah bahkan sampai mengusir petugas Rasulullah SAW yang mengambil zakat.
Kasus Tsa’labah itu adalah pelajaran penting. Bahwa ketika manusia hanya hidup dengan kesadaran empiris, maka ia akan lupa kepada Allah yang memberi rezeki.
Bayangkan saja, Tsa’labah itu dapat kambing dari Nabi, kekasih Allah. Kemudian Nabi SAW juga mendoakan.
Dalam kondisi seperti itu saja, Tsa’labah bisa lupa akan kesadaran visional yang harusnya semakin tegak karena iman.
Kesadaran Visional
Sebagai manusia Allah memberikan penegasan bahwa kita adalah hamba Allah dan khalifah Allah di muka bumi.
Oleh karena manusia mengemban amanah besar itu, maka Allah berikan jaminan rezeki dan kehidupan.
Namun karena dua tugas itu dimensinya adalah hati yang di dalamnya iman bersarang, maka ujian demi ujian duniawiah selalu datang.
Ujian demi ujian itu meliputi apapun, baik yang menyenangkan atau pun yang tidak menyenangkan. Hakikatnya satu, manusia sadar dan kembali kepada Allah yang paling penting dalam kehidupan dunia ini.
Ketika seseorang kaya, maka coba perhatikan, darimana kesehatan yang ada dalam tubuhnya. Apakah itu usahanya, atau itu anugerah Allah.
Ketika seseorang cerdas, coba perhatikan, apakah itu murni kerja otaknya atau Allah jadikan mudah ilmu itu menjadi pemahaman dalam dirinya.
Semua harus kita kembalikan kepada Allah. Bahwa kekayaan, kecerdasan dan kepiawaian dalam hidup, semua datang dari Allah.
Baca Lagi: Memahami Doa
Oleh karena itu pesan Allah tegas, berbuat baiklah kepada manusia sebagaimana Allah berbuat baik kepada dirimu.
“…Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77).*