Jika ada ungkapan terbaik harus kuucapkan saat ini, maka inilah dia. “Alhamdulillah Ramadhan.”
Ustadz Abdul Majid dalam tausiyah ba’da Subuh di Masjid Umar Al-Faruq Makassar (23/3/23) menekankan bahwa sangat beruntung orang yang Allah takdirkan bisa bertemu Ramadhan.
“Maka jangan sia-siakan. Mari perkuat diri ibadah dan sedekah dalam Ramadhan ini,” ungkapnya.
Bahkan kalau bisa, jangan tidur kecuali hanya bersandar. Dengan begitu kita tidak terlalu banyak mengisi Ramadhan dengan jam tidur.
Baca Juga: 10 Hari Terakhir Ramadhan
Nasihat yang merujuk pada kondisi para ulama terdahulu yang sampai karena begitu luar biasa menjaga diri dari tidur, ada yang mengikat kepalanya pada tiang dalam ruangan.
Begitu mata tergoda terpejam, lalu kepala menunduk karena kantuk yang berat. Maka seketika leher akan merasa sakit, karena kepala atau bagian dari rambutnya terikat dengan tali ke tiang.
KH. Abdurrahman Muhammad pernah berkata, “Apakah mungkin ulama terdahulu menulis kitab berjilid-jilid, kalau mereka lebih banyak tidur daripada membaca dan menulis.”
Gairah Santri
Alhamdulillah Ramadhan, semakin terasa kala melihat aktivitas para santri di pagi hari. Mereka terbagi tertib untuk membersihkan lingkungan.
Ada yang aktif menyapu, mengumpulkan pada tong sampah. Kemudian membawanya ke penampungan sampah.
Itu semua santri lakukan setelah mengikuti rangkaian ibadah yang panjang dari malam hingga Subuh dan saat matahari terbit menghangatkan bumi.
Aktivitas santri membersihkan lingkungan itu membuatku tersadar akan fungsi Ramadhan, yakni membersihkan jiwa.
Kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Ramadhan melahirkan sikap dekat kepada Allah. Maka ia akan membersihkan hati dan menjauhi tindakan kotor dan mengotori, korupsi salah satunya.
Gagasan Mahasiswa
Alhamdulillah Ramadhan, karena saya juga berkesempatan diskusi dengan beberapa mahasiswa STAI Al-Bayan, Makassar yang Bang Abid (Ketua Pemuda Hidayatullah Makassar) dampingi.
Kepada para mahasiswa saya sampaikan bahwa Ramadhan adalah momentum untuk meningkatkan literasi Al Quran.
Baca Lagi: Begini Kalau Mau Bahagia Sambut Ramadhan
Orang yang membaca Alquran tidak mungkin tidak cerdas. Pasti cerdas. Hanya saja syaratnya memang tegas, membacanya dengan hati. Bukan sekadar membaca, apalagi membaca tanpa ada niat memahami.
Insha Allah dari upaya itu akan lahir kesadaran, gagasan dan tindakan yang mengarah pada kebaikan.
Ibarat seorang pedagang yang membuka toko baru 15 menit, pagi ini saya mendapat begitu banyak kebaikan, keberuntungan dan kesempatan beramal yang sangat indah dari Allah Ta’ala.
Jadi, apalagi. Selain, Alhamdulillah bisa produktif dalam hari pertama Ramadhan 1444 H.*