Home Kisah Alam, Ramadhan dan Kesyukuran 
Alam, Ramadhan dan Kesyukuran

Alam, Ramadhan dan Kesyukuran 

by Imam Nawawi

Selasa, 21 Maret 2023 menjadi hari yang tidak biasa. Hari yang berbeda dengan hari lainnya. Hari yang diriku bisa menikmati dinginnya angin semilir, sepoi-sepoi menyapa raga ini. Yang membuatku sadar tentang alam dan kesyukuran.

Pantai, itulah namanya. Sejuknya suasana menjadikan mata nyaman memandang hingga titik kejauhan.

Baca Juga: Tugas yang Tegas Tuntas dari Reyna

Hiruk pikuk para pengunjung tempat itu memberikan verifikasi bahwa tidak hanya diriku yang merasakan lembutnya pelukan alam, sejuk dan menggugah inspirasi.

Progresif

Bersyukur, karena posisiku tak sebatas ingin mengakui alam yang indah dan lembut. Tetapi juga dalam rangka merangkai masa depan.

Ya, karena diriku hadir bersama tim peneroka, yang tak mau lelah dengan masalah.

Ya, itu aku dan teman-teman dosen STIS Hidayatullah Balikpapan. Bersama menikmati kemolekan alam sembari menghubungkan dengan tuturan Ustadz Masykur Suyuti selaku Ketua LPPH.

LPPH (Lembaga Pendidikan Pengkaderan Hidayatullah) tempat diriku dan teman-teman terus semangat berjuang.

“Banyak nikmat yang perlu kita syukuri. Pada sisi belakang kesyukuran ada banyak amanah besar yang menunggu. Mobilitas harus selalu kita jaga dan seperti ini juga bagian amanah besar yang akan kita kerjakan,” ujarnya mendeklarasikan.

Dan, setelah kupikir-pikir, yang bisa membuat kemajuan hanya satu kata, syukur. Ya, sekali lagi, syukur.

Syukur

Syukur termasuk katu kata yang sedikit sekali orang bisa menikmatinya.

Sebagaimana dalam Q.S. Saba’: 13. “Sangat sedikit sekali di antara hamba-Ku yang mau bersyukur.”

Kenapa manusia banyak yang tidak bersyukur?

Padahal ketika satu nikmat dicabut oleh-Nya maka ia tidak akan bisa menikmatinya kecuali izin-Nya.

Misalnya, nikmat akal dan hati. Kedua nikmat ini semua pasti memilikinya bentuk dan fungsi yang sama.

Bentuk syukur atas nikmat akal yakni menghadirkan gagasan-gagasan besar.

Salah satu fungsi akal yakni memproses informasi hingga bermanfaat bagi masyarakat.

Adapun nikmati hati yaitu memperbaiki apa yang ada didalamnya terutama niat.

Apabila kita memiliki niat untuk sesuatu yang besar maka lakukan hal itu.

Dan, dengan karakter-karakter orang yang akan dipanggil dengan surga yang dipanggil dengan kesibukannya.

Jikalau memang ini perjalanan maka kita ada titik mana dan kita harus tumbuh dan berkembang.

“Kalau hanya sekedar menyenangkan mata itu kita bisa mengakses dari Youtube. lihat binatang di hutan, di laut itu ada.

Kalau sekedar itu tidak perlu kita melakukan ini. Tapi kalau niatnya untuk menjadi Ramadan lebih baik maka hadirkan acara ini atau untuk sukses Silatnas, menguatkan ukhuwah maka hadirkan bahkan jadikan program. Hadirkan untuk sesuatu yang besar,” Ustadz Masykur kembali membakar semangat kami.

Kreativitas

Merumuskan sesuatu yang besar harus jelas rumusan masalah dan definisi operasional karena kita ingin mencapai sesuatu dan persoalan tersebut perlu kita temukan solusinya.

Dengan ukuran maka kita akan sadar tantangannya dan peluangnya berarti harus ada kreativitas yang menjadi daya tarik dalam penyelesaian masalah.

Baca Lagi: Ayo Pemuda Kamu Bisa

Yang terpenting sesuatu besar ataupun kecil tersebut jangan kita jadikan beban.

Karena kalau kita bermindset seperti itu maka ia bukan menuju produktivitas melainkan persoalan baru(masalah) yang boleh jadi kita terputar, terbelit dan terbelenggu oleh masalah itu sendiri.

Kita tidak mendapat teladan seperti itu pada diri Nabi dan ulama-ulama terdahulu. Masalah harus kita temukan jalan keluarnya, untuk kemudian kembali bersyukur, maju dan meraih kemenangan.*

Unaisah_Dosen STIS Hidayatullah Balikpapan

 

Related Posts

Leave a Comment