Mas Imam Nawawi

- Opini

Aksi Bela Palestina: Mengapa Perhatian Indonesia Begitu Tinggi?

Hari ini ada berita besar tersaji. Ratusan ribu rakyat Indonesia kembali turun ke jalan dalam Aksi Bela Palestina hari ini, Ahad (18/8/24). Aksi ini menjadi gelaran dari Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARI-BP), yang mengangkat tema “Aksi Konstitusi Anti Penjajahan.” Namun, terlepas dari keramaian dan semangat yang menggelora, kita mungkin bertanya-tanya: Mengapa perhatian Indonesia terhadap […]

Aksi Bela Palestina: Mengapa Perhatian Indonesia Begitu Tinggi?

Hari ini ada berita besar tersaji. Ratusan ribu rakyat Indonesia kembali turun ke jalan dalam Aksi Bela Palestina hari ini, Ahad (18/8/24). Aksi ini menjadi gelaran dari Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARI-BP), yang mengangkat tema “Aksi Konstitusi Anti Penjajahan.” Namun, terlepas dari keramaian dan semangat yang menggelora, kita mungkin bertanya-tanya: Mengapa perhatian Indonesia terhadap Palestina begitu tinggi?

Jawabannya bukanlah hal baru. Ada sejarah panjang yang membentuk hubungan erat antara Indonesia dan Palestina. Meskipun kedua negara ini terpisah jarak sejauh 8.600 km, dengan perbedaan budaya, bahasa, dan perawakan yang begitu kontras tetapi mereka punya satu kesadaran yang sama: kemerdekaan.

Baca Juga: Apa Hebatnya Orang Palestina?

Hubungan ini bukan hanya soal solidaritas politik atau agama. Melainkan juga cerminan dari prinsip dasar yang tertanam dalam jiwa bangsa Indonesia: kemerdekaan adalah hak segala bangsa.

Hubungan Indonesia-Palestina: Sejarah yang Terpatri dalam Solidaritas

Sejak awal kemerdekaannya, Indonesia telah menunjukkan dukungannya yang kuat terhadap Palestina. Pada tahun 1945, saat Indonesia baru saja merdeka, Palestina adalah salah satu negara pertama yang menyatakan dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia.

Saat itu Mufti Besar Palestina, Amin Al-Husseini, mendukung kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu ia mengimbau negara-negara Arab untuk mengakui kemerdekaan Indonesia.

Ini adalah momen yang bersejarah, yang memperkuat hubungan antara kedua negara.

Presiden pertama Indonesia, Soekarno, juga dikenal sebagai salah satu pemimpin dunia yang lantang mendukung perjuangan Palestina.

Dalam pidatonya pada Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 di Bandung, Soekarno menegaskan pentingnya solidaritas negara-negara yang baru merdeka dalam mendukung perjuangan bangsa-bangsa yang masih terjajah, termasuk Palestina.

Dukungan Indonesia terhadap Palestina bukanlah sekadar wacana, tetapi telah menjadi bagian dari kebijakan luar negeri Indonesia yang konsisten hingga saat ini.

Palestina: Simbol Perjuangan untuk Kemerdekaan

Dalam konteks global, perjuangan Palestina untuk kemerdekaan merupakan simbol dari perlawanan terhadap penjajahan dan penindasan.

Serangan yang terus-menerus dari Israel, penjajahan tanah Palestina, dan penolakan terhadap hak-hak dasar rakyat Palestina telah menimbulkan penderitaan yang tak terhitung jumlahnya.

Namun, bagi banyak negara, termasuk Indonesia, ini bukan hanya soal konflik politik atau militer; ini adalah masalah kemanusiaan.

Sejak Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia tahun 1948, dunia telah mengakui bahwa setiap bangsa memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hidup dalam kebebasan.

Prinsip ini sejalan dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Indonesia, yang dengan tegas menyatakan bahwa “penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”

Maka, ketika rakyat Indonesia hari ini mendukung kemerdekaan Palestina, mereka sebenarnya sedang menghidupkan kembali semangat kemerdekaan yang pernah jadi agenda utama para pendiri bangsa.

Mereka mengingatkan dunia bahwa kebebasan adalah hak yang tak bisa ditawar-tawar, dan bahwa Palestina berhak untuk merdeka seperti halnya Indonesia.

Solidaritas Tanpa Batas

Solidaritas Indonesia terhadap Palestina tidak berhenti pada dukungan moral. Selama bertahun-tahun, Indonesia telah aktif dalam berbagai forum internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), untuk memperjuangkan hak-hak Palestina.

Bantuan kemanusiaan dan diplomatik terus mengalir dari Indonesia ke Palestina, meskipun tantangan politik dan diplomasi global semakin kompleks.

Hubungan ini menggarisbawahi bahwa meskipun Indonesia dan Palestina terpisah oleh jarak yang jauh, semangat untuk merdeka dan melawan penjajahan tetap mendekatkan hati kedua bangsa ini.

Seperti yang diungkapkan oleh Alwi Alatas dalam buku “Degup Cita Para Pendiri Bangsa untuk Palestina,” hubungan ini adalah contoh dari “jauh di mata, dekat di hati.”

Lengkapnya begini: Indonesia-Palestina sebenarnya bukan negara yang dekat secara geografis. Membentang jarak sejauh 8.600 km. Perawakan dan bahasa yang dgunakan juga sangat berbeda. Tetapi itulah fakta dari jauh di mata dekat di hati.

Palestina Berhak Merdeka

Aksi Bela Palestina hari ini tidak hanya sekadar demonstrasi dukungan politik. Ini adalah seruan kepada dunia untuk mengakui bahwa Palestina, seperti Indonesia, memiliki hak untuk hidup merdeka, berdaulat, dan menentukan nasibnya sendiri. Ini bukan sekadar soal pro atau kontra terhadap Israel, tetapi soal mendukung prinsip dasar keadilan dan kemanusiaan.

Melalui aksi ini, rakyat Indonesia kembali menegaskan komitmen mereka untuk berdiri bersama Palestina, memperjuangkan hak-hak mereka, dan menolak segala bentuk penjajahan.

Sebab, seperti halnya Indonesia yang pernah merasakan pahitnya penjajahan, Palestina juga berhak merdeka dan hidup dalam damai.

Semangat ini mengingatkan kita semua bahwa perjuangan untuk kebebasan tidak pernah berakhir, dan bahwa solidaritas antarbangsa adalah kunci untuk mewujudkan dunia yang lebih adil dan manusiawi.*

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *