Home Opini Akhlak, Keadilan dan Ekonomi
Akhlak, Keadilan dan Ekonomi

Akhlak, Keadilan dan Ekonomi

by Imam Nawawi

Suatu malam, sembari merasakan lelah usai seharian bergerak, saya membaca buku Dr. M. Umer Chapra dengan judul “Peradaban Muslim Penyebab Keruntuhan & Perlunya Reformasi.” Saya dapat 3 poin penting, yakni akhlak, keadilan dan ekonomi.

M. Umer Chapra menulis begini.

“Korupsi dipadu dengan ketidakbebasan berpendapat cenderung melahirkan sistem peradilan yang korup, yang ditunjukkan dengan tidak teradilinya para elit berkuasa (yang terbukti bersalah).”

Baca Juga: Keindahan Akhlak dan Kesehatan

Kemudian ia melanjutkan. “Jika hanya orang miskin yang dikenai hukuman, maka yang akan muncul adalah ketidakharmonisan antara pemerintah dan rakyat. Situasi ini akan menimbulkan ketidakstabilan politik, yang merupakan faktor utama yang menghambat pembangunan ekonomi.”

Pendek kata, pembangunan ekonomi akan tidak terjadi jika politik tidak stabil yang itu menjadi buah dari korupsi yang merajalela dan peradilan yang hilang minat pada keadilan.

Sebuah negara yang korupsi merajalela atau ketidakstabilan politik terjadi, hal itu bisa membuat investor ragu untuk berinvestasi di negara tersebut, yang pada gilirannya dapat melemahkan ekonomi.

Artinya, ketiadaan sifat amanah, seperti Nabi SAW kala kecil, adalah sebab utama kemunduran, puncaknya kelemahan ekonomi.

Salah Kaprah

Ironisnya, banyak pakar melihat soal ekonomi hanya mungkin selesai teratasi dengan pendekatan ekonomi. Itulah sebab mengapa seringkali orang mengandalkan utang.

Padahal, soal ekonomi bukan semata bisa kita tuntaskan dengan pendekatan disiplin ilmu ekonomi, tetapi juga akhlak.

Sebab, hanya akhlak yang buruk yang menjadikan seseorang yang punya kebijakan salah dalam memutuskan.

Kebijakan ekonominya buruk, menyebabkan terjadinya inflasi, defisit anggaran, dan masalah ekonomi lainnya yang terus menyiksa rakyat.

Sementara para penguasa berfoya-foya dengan membangun hal-hal yang tidak langsung masyarakat perlukan, seperti istana, kemewahan, konsumsi elit yang berkuasa dan lain sebagainya.

Akibatnya pemerintah kesulitan membiayai bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan subsidi layanan publik yang dibutuhkan untuk mempercepat pembangunan.

Pemimpin yang Diperlukan

Jika tingkatan terjadinya krisis ekonomi karena lemahnya penegakan hukum dan buruknya akhlak pemimpin, maka kita butuh pemimpin masa depan yang memiliki ketangguhan akhlak.

Baca Lagi: Jadilah Top Skor Kebaikan

Hadirnya seorang pemimpin dengan modal keteladanan yang kuat, seperti pupuk, akan memberikan kesuburan bagi tanah tempat berbagai tumbuhan tumbuh.

Setidaknya sekarang kita mulai memahami bahwa masalah ekonomi sebenarnya adalah kulminasi. Inti dasar mengapa masalah ekonomi hadir, tidak lain karena rendahnya akhlak, lemahnya supremasi hukum. Akhirnya orang tidak punya pegangan dan “pasrah” hidup dalam ketidakberdayaan secara ekonomi. Pejabat korupsi, rakyat merugi.*

Mas Imam Nawawi

 

Related Posts

Leave a Comment