Home Artikel Akhlak dalam Berpolitik

Akhlak dalam Berpolitik

by Imam Nawawi

Akhlak dalam berpolitik adalah bahasn dalam buku Prof Didin Hafidhuddin di halaman 396-398 yang berjudul “Membangun Kemandirian Umat.”

Menurut pria yang biasa disapa Kyai itu politik sangatlah dekat dalam kehidupan kita. Terutama kalau tiba masa pemilu dan pilpres.

Pemilu dan pilpres katanya adalah ajang menguji kedewasaan bangsa Indonesia dalam berdemokrasi.

OLeh karena itu, politik, kata Kyai adalah dunia yang harusnya berjalan lurus.

Lebih lanjut pria murah senyum itu menuliskan.

“Baik buruknya politik, bersih atau kotornya permainan politik tergantung manusianya dan ditentukan oleh niat yang terpatri dalam hati para politisi itu sendiri.”

Tafsiran

Kalau kita perhatikan secara seksama, kalimat Prof Didin itu menyoroti peran penting manusia, khususnya politisi, dalam menentukan kualitas dan integritas praktik politik.

Baca Lagi: Memahami Anugerah yang Luar Biasa

Oleh karena itu kita tidak boleh salah sangka, bahwa politik itu buruk. Politik itu wadah, manusianyalah yang memberi warna. Kalau baik manusianya, baiklah politik dan sebaliknya.

4 Sisi

Lebih jauh kita bisa melihat ungkapan Pak Kyai itu dalam empat sisi penting.

Pertama, Peran Manusia dalam Politik.

Hal ini menekankan bahwa kualitas politik sangat bergantung pada individu yang menjadi aktor dalam dunia politik itu sendiri.

Ini menunjukkan bahwa politik sebagai sistem atau praktek tidak inheren baik atau buruk, bersih atau kotor, tetapi menjadi demikian berdasarkan tindakan dan keputusan para pelakunya.

Oleh karena itu publik harus tahu, mana politisi yang terjun ke dalam dunia politik dengan integritas dan mana yang tidak.

Kedua, Pentingnya Niat.

Niat yang terpatri dalam hati para politisi disebut sebagai penentu utama kualitas politik.

Ini mengimplikasikan bahwa jika niatnya murni dan bertujuan untuk kebaikan bersama, maka politik yang berlangsung akan cenderung bersih dan bermanfaat.

Sebaliknya, niat yang hadir karena kepentingan pribadi atau kelompok tertentu tanpa mempertimbangkan kebaikan bersama dapat mengarah pada praktik politik yang kotor dan merugikan.

Kita mungkin sulit menemukan niat orang, tetapi setidaknya track recordnya bisa jadi catatan kita.

Ketiga, Tanggung Jawab Moral.

Kalimat ini juga menggambarkan tanggung jawab moral yang besar pada politisi untuk menjalankan kekuasaan dan pengaruhnya dengan cara yang etis dan bertanggung jawab.

Baca Juga: Nilai Manusia Ada Pada Konsistensinya

Ini menggarisbawahi bahwa keputusan dan tindakan mereka harus selalu berlandaskan pada prinsip-prinsip moral yang kuat dan keinginan untuk melayani masyarakat.

Keempat, Refleksi Diri dan Integritas.

Sisi terakhir, kalimat ini mengajak para politisi untuk melakukan refleksi diri dan mengevaluasi niat mereka secara berkala.

Langkah ini penting untuk memastikan bahwa mereka tetap setia pada tujuan awal mereka dalam politik dan tidak tersesat oleh godaan kekuasaan atau kekayaan.

Jadi, terlepas dari dinamika politik yang terus hangat dan melesat, kita harus paham, bahwa politik itu penting. Dan, karena begitu pentingnya, maka politik mesti jadi agenda utama orang-orang yang berakhlak.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment