Home Kajian Utama Agar Pemimpin Mendapatkan Cinta
Agar Pemimpin Mendapatkan Cinta

Agar Pemimpin Mendapatkan Cinta

by Imam Nawawi

Agar pemimpin mendapatkan cinta, hal penting yang harus ia siapkan adalah mau menerima nasihat.

Tentu saja cinta dari rakyat yang menjadi “tuan” yang dilayani. Itu kalau masih mau menggunakan idealisme bahwa memimpin adalah melayani. Tidak berlebihan kalau Agus Salim mengatakan, “Leiden is Lijden”, memimpin adalah menderita.

Kalau pun tidak mau menggunakan idealisme itu, orang semua paham, memimpin itu artinya mau tanggungjawab atas nasib semura orang yang ada dalam kepemimpinannya.

Baca Juga: Makna Kekuasaan

Dalam arti kata yang lain, memimpin bukan berarti menguasai secara semena-mena, tanpa akal, tanpa norma, bahkan tanpa agama.

Kalau seseeorang berani memimpin seperti itu, menjadi diktator dan sangat absolut, ia akan menikmati beberapa waktu dengan kesenangan. Tapi hukum alam tak memberi ruang bagi kesombongan. Karena itu memang “pakaian” Tuhan.

Jadi wajar kalau banyak catatan memberikan petunjuk, pemimpin kasar, argoan, dan semena-mena, akhir hidupnya benar-benar nestapa sebelum akhirnya binasa.

Sifat Lembut

Ciri pemimpin bertanggungjawab, siap melayani, bahkan menderita demi rakyat telah ada sejak zaman dahulu.

Alquran mengatakan bahwa pemimpin yang hebat itu adalah Nabi Muhammad SAW. Apa buktinya, tidak lain adalah sifat hati yang lemah lembut. Tidak mau kasar dan sembrono dalam memimpin.

Tetapi kalau kita perhatikan lebih jauh. Kemampuan bersikap lemah lembut hanya akan ada dlaam diri seseorang yang ia mendapat rahmat dari Allah.

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.” (QS. Ali Imran: 159).

Jadi, kita bisa ambil satu kesimpulan, siapa pemimpin yang tidak mendapat rahmat Allah maka ia akan menjadi orang yang bersikap kasar, keras dan bengis.

Pertanyaannya, bagaimana agar pemimpin bisa mendapat rahmat Allah?

Jawaban ringkasnya, mau dan sungguh-sungguh meneladani kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Tidak senang, marah atau apapun, kecuali hanya karena mengharap ridha Allah.

Jadi amanah kepemimpinan bukan peluang memperkaya diri. Bukan kesempatan menjadi jahat tanpa sadar. Apalagi sampai menjadi alasan utama berbuat kerusakan bagi alam dan masyarakat.

Cinta Rakyat

Cinta rakyat kepada pejabat alias pemimpin sebenarnya adalah akibat. Ketika seseorang berusaha mendapat cinta rakyat tetapi tidak ada sebab yang ia hadirkan, sama saja dengan mimpi kosong atau cerita mati.

Mengapa orang mencintai Rasulullah SAW adalah karena komitmen dan keteladanannya dalam memimpin.

Ketika ada yang mengatakan, “Barangkali (permadani) yang tidak ada dalam ghanimah telah diambil Rasulullah.”

Allah langsung menurunkan ayat yang mengatakan adalah tidak mungkin seorang Nabi berkhianat. Siapa berkhianat ia akan membawa apa yang ia khianati itu pada hari Kiamat.

Baca Lagi: Masih Ada yang Bisa Kita Banggakan

Maknanya jelas, agar rakyat mencintai pemimpin atau pejabat, berbuatlah yang benar. Jujur, berintegritas dan tidak menjadikan posisi sebagai alat memperkaya diri. Tetapi sebagai sajadah panjang menghadirkan kemaslahatan dalam kehidupan umat, raykat, bangsa dan negara.

Apakah masih ada pemimpin yang mau seperti itu? Kita tidak tahu, tapi kita harus yakin, kalau memang benar-benar tidak ada, mari siapkan diri sendiri untuk bisa jadi pemimpin terbaik bagi diri sendiri.*

Mas Imam Nawawi

 

Related Posts

Leave a Comment