Mas Imam Nawawi

- Opini

Berteman Jangan Main Miras Oplosan, Bisa Hilang Nyawa

Tak satu pun manusia dapat mengetahui bagaimana akhir hayatnya. Namun setidaknya manusia tetap punya kebebasan memilih yang baik dan benar. Minimal pilih teman yang jauh dari hobi miras, apalagi yang oplosan. Sebab kalau sudah terlanjur kejadian, bukan lagi harus menanggung kerugian, nyawa pun bisa hilang. Terbaru muncul berita media bahwa ada 7 orang telah tewas. […]

Berteman Jangan Main Miras Oplosan, Bisa Hilang Nyawa

Tak satu pun manusia dapat mengetahui bagaimana akhir hayatnya. Namun setidaknya manusia tetap punya kebebasan memilih yang baik dan benar. Minimal pilih teman yang jauh dari hobi miras, apalagi yang oplosan. Sebab kalau sudah terlanjur kejadian, bukan lagi harus menanggung kerugian, nyawa pun bisa hilang.

Terbaru muncul berita media bahwa ada 7 orang telah tewas. Semuanya meninggal karena menenggak miras oplosan. Ceritanya mereka melakukan pesta miras pada Minggu (5/10/25) di sebuah gubuk.

Kemudian pada Selasa (7/10/25) tiga orang tewas lalu menyusul 4 orang lagi. Peristiwa itu terjadi di Desa Bondowoso, Kecamatan Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah.

Fakta yang Mencengangkan

Saya pun menelusuri Google. Ketemu tulisan yang relevan dengan kondisi tersebut.

Menurut dokter spesialis kesehatan jiwa, dr. Teddy Hidayat, Sp. KJ(K), dalam acara master class penatalaksanaan terkini keracunan miras (11/04/19), di Indonesia ada 3,3% orang yang usianya lebih dari 10 tahun punya “hobi” minum alkohol atau kurang lebih 6,17 juta orang.

Awalnya mereka coba-coba karena ada rasa ingin tahu. Tapi ini rasa ingin tahu yang salah arah. Dua hal lain bisa ikut mendorong, yakni coba mengatasi stres karena kesulitan hidup. Kemudian karena kultur dan budaya pergaulan atau pertemanan yang tidak sehat.

Membaca itu saya teringat pesan Gus Baha. “Kamu kalau mau hidup senang coba cintai yang baik, senang dalam ketaatan kepada Allah. Orang sampai rela maksiat itu sebenarnya ingin mencari kesenangan. Padahal kesenangan yang sesungguhnya ada dalam mencintai kebaikan”.

Peran Orang Tua

Menyadari fakta itu sudah semestinya kita memperkuat gerakan dakwah dan edukasi. Terlebih kepada mereka yang rentan secara mental dan lemah secara spiritual.

Orang yang lemah spiritual akan cenderung melakukan hal yang merusak. Bukan saja moralitas dalam hidupnya, tetapi juga kesehatan bahkan nyawanya sendiri.

Orang yang ingin minum miras oplosan mungkin awalnya ingin happy, tapi karena ketiadaan rasa takut akan rusaknya moral, mereka melakukannya seperti akan minum kopi atau teh. Tentu saja hasilnya akan sangat jauh berbeda.

Namun mengapa itu bisa terjadi? Lebih jauh juga sangat mungkin berlangsungnya pendidikan dalam keluarga yang mulai kendor dalam penanaman nilai-nilai agama.

Apalagi masif muncul fenomena orang tua merasa anak sudah sekolah ya cukup sudah. Padahal peran pendidikan orang tua dalam keluarga sangat menentukan sikap dan perilaku anak.

Peran Pemuda

Dalam konteks ini maka para pemuda Islam harus hadir. Sisi lain gerakan literasi melalui media digital juga harus kita perkuat. Tujuannya agar mereka yang haus dan lapar akan panduan kebaikan tidak kehilangan arah.

Kalau mereka mau memilih teman, tidak akan mencari yang suka miras oplosan. Seperti kata Kang Maman Suherman, mereka akan memilih teman yang mencerdaskan bukan yang mematikan jiwa karena miras oplosan, narkoba dan apapun juga yang buruk.*

Mas Imam Nawawi