Arus kehidupan modern, khususnya di era digital, menjadi tantangan tidak ringan. Utamanya bagi anak muda yang ingin memegang teguh ajaran Islam. Berniat menjadi pribadi yang istikamah.
Semakin hari tampak terasa kian berat. Informasi datang bertubi-tubi, dan godaan untuk menyimpang dari nilai-nilai luhur begitu mudah datang. Meski kita tak pernah mengundangnya.
Komitmen Ekstra
Bagi kaum muda Islam, perjuangan untuk tetap berada di jalan kebenaran memerlukan komitmen ekstra. Inilah mengapa ajaran tentang istikamah menjadi relevan dan mendesak untuk kita hayati hari ini.
Istikamah bukan sekadar kata, melainkan tindakan nyata, sebuah keteguhan hati yang harus dipelihara di tengah badai perubahan.
Refleksi mendalam tentang makna istikamah ini saya dapatkan kala menyimak khotbah Jumat di Masjid Ummul Qura, Pesantren Hidayatullah Depok (3/10/25).
Kisah Uban Nabi SAW
Khatib, Ust. Lalu Mabrul, mengulas sebuah kisah yang menggugah: alasan di balik munculnya uban pada rambut Rasulullah Muhammad SAW. Kisah tersebut berakar pada penerimaan wahyu Surah Hud ayat ke-112.
Ayat tersebut berbunyi: “Maka tetaplah kamu (pada jalan yang benar), sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat bersama kamu. Dan janganlah kalian melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kalian kerjakan.”
Ayat ini menuntut komitmen yang sangat tinggi. Istikamah dalam konteks ini adalah tindakan: memegang ajaran Islam secara konsisten, menjauhi segala perbuatan buruk, menyimpang dari kebenaran, dan meninggalkan kebatilan. Ini adalah komitmen seumur hidup, harus kita lakukan hingga Allah menjemput nyawa.
Beratnya amanah ini semakin jelas kalau kita merujuk keterangan dari Ibnu Abbas RA.
Ia menyatakan, “Tidaklah ada satu ayat pun yang diturunkan kepada Rasulullah SAW yang lebih berat dan lebih susah daripada ayat ini.”
Nabi SAW bersabda, “Yang telah membuatku beruban adalah surat Hûd dan surat-surat semisalnya.”
Ayat ini berisi beban tanggung jawab untuk tidak hanya berpegang teguh pada kebenaran, tetapi juga memastikan orang lain yang bertaubat berjalan dalam jalur yang sama tanpa melampaui batas.
Seperti kita tahu, Rasulullah SAW selalu mengkhawatirkan kondisi umatnya. Jangan sampai ada yang lelah lalu tak istikamah.
Istikamah dan Era Digital
Bagi generasi muda, istikamah dalam konteks digital berarti memfilter konten, menjaga lisan dari cyberbullying, dan menggunakan teknologi untuk kebaikan.
Istikamah adalah self-control (kendali diri) yang spiritual. Ini adalah jihad melawan godaan kemudahan akses dosa di smartphone kita. Keteguhan ini yang akan membawa kita meraih ridha Allah.
Selain itu istikamah di era digital juga bermakna aktif, memproduksi konten yang baik, positif dan membangun. Anak muda Islam jangan hanya puas menonton, tapi buatlah sesuatu yang menjadikan orang lain mudah mengenal ajaran Islam.
Sebab esensi dari perintah istikamah bukan diam tapi aktif mewarnai dunia dengan kebaikan-kebaikan.
Semoga kita semua mendapat keberkahan dari Allah SWT, sehingga kita bisa menjadi pribadi yang istikamah.
Namun penting tetap kita ingat, bahwa istikamah bukan perkara mudah. Tapi akan jadi milik kita kalau kita mau, berupaya dan Allah mengizinkan.*