Ada saja berita perilaku orang yang semakin keluar dari nalar kemanusiaan. Merasa punya kedudukan dan kekuatan orang lain dianggap lemah dan diperlakukan secara tak manusiawi. Apakah ini yang namanya musim gugur akhlak. Yang jelas Indonesia hanya punya dua musim: hujan atau kemarau. Nyatanya akhlak seperti benar-benar gugur. Terutama kalau melihat manusia semakin merasa pintar tapi lebih buas dari binatang.
Kuatkan Akhlak
Tentu kita tidak ingin musim gugur ini benar-benar merobohkan akhlak. Justru kita harus sadar dan kembali menguatkan akhlak. Baik yang sifatnya secara pribadi maupun yang dapat membentuk budaya hingga muncul kekuatan kultur dalam masyarakat.
Secara ilmiah manusia sangat memerlukan akhlak. Walau nyatanya sekarang masih banyak orang merasa harta lebih utama daripada akhlak.
Namun kalau kita kuatkan akhlak maka harta yang orang miliki akan semakin membawa kebaikan demi kebaikan.
Perhatikan kehidupan Rasulullah SAW sejak kecil. Beliau telah mendapat kepercayaan masyarakat sebagai al-amin. Dalam kata yang lain, akhlak adalah pembeda, penyelamat dan modal sukses meniti kehidupan.
Apa itu Akhlak
Akhlak menurut para ulama adalah perbuatan manusia yang sifatnya spontan namun baik. Bukan buruk dan itu spontan.
Misalnya, orang berakhlak itu kalau ada orang kesulitan segera ia akan membantu. Dan, ia melakukan itu secara konsisten dalam segala situasi dan kondisi. Tidak harus ada calon mertua baru berakhlak baik. Atau berakhlak baik karena ingin pencitraan.
Oleh karena itu saran dari ulama, terutama Imam Al-Ghazali akhlak harus kita bina dan kita didik. Misalnya menjadi pribadi dermawan, maka kita perlu melatih jiwa untuk berinfak. Manfaatnya jelas. Pertama, selamat dari sifat kikir. Kedua, tumbuh menjadi pribadi yang memiliki empati dan kepekaan.
Akhlak juga bisa tentang kebaikan seseorang dalam bergaul. Ia adil dalam segala hal. Rendah hati, jujur dan dermawan. Pantas kalau KH. Hasyim Asy’ari mengatakan bahwa puncak ilmu adalah akhlak.
Merawat Akhlak
Pertanyaannya kemudian bagaimana cara yang efektif untuk merawat akhlak. Sama dengan tanaman, kita perlu memiliki air untuk menyiram dan pupuk untuk menyegarkan.
Pertama, milikilah teman yang baik. Teman yang baik akan memberi warna baik kepada kita. Sebaliknya, teman yang buruk akan meninggalkan noda pada pakaian dan hati kita.
Kedua, terus berlatih mengolah pikiran. Artinya orang berakhlak tak ingin membuang-buang waktu percuma.
Ketiga, berupaya selamat dari godaan hawa nafsu.
Keempat, konsisten pada rencana yang baik dan segera mewujudkannya. Dalam kata yang lain tak suka menunda-nunda. Walau nyatanya masih sulit, kita harus seperti matahari yang terus bersinar. Sebuah ungkapan menyebut: “Jangan jadi rembulan yang menunggu malam, tapi jadilah matahari yang tak pernah menunda terbit.” Artinya maju terus dalam kebaikan.
Kelima, terus berupaya memperbaiki kelemahan-kelemahan diri. Seperti malas, walau nyatanya belum rajin, tetap jangan terperangkap pada nikmat semu kemalasan.
Kenapa akhlak ini pentiing agar kita sadar bahwa derajat terbaik seorang manusia dalam pandangan Allah adalah takwa. Dan, tak mungkin orang sampai pada derajat takwa jika akhlaknya buruk. Atas dasar itulah Nabi SAW bersabda bahwa beliau Allah utus ke muka bumi untuk menyempurnakan akhlak manusia.*