Home Kisah 8 Jam ke Garut Selatan, Bukan Perjalanan Ringan
8 Jam ke Garut Selatan, Bukan Perjalanan Ringan

8 Jam ke Garut Selatan, Bukan Perjalanan Ringan

by Imam Nawawi

Sekitar pukul 17:00 WIB pada Jumat, 14/6/24, saya dan teman-teman dari tim Baitul Maal Hidayatullah (BMH) meninggalkan Kota Depok dengan satu tujuan mulia: mengantarkan hewan kurban ke Desa Tipar, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, tepatnya Garut Selatan.

Kami memulai perjalanan dengan semangat, meski menyadari bahwa jalan panjang dan penuh tantangan menanti di depan.

Perjalanan ini bukanlah perjalanan yang ringan. Selain waktu panjang, jalan berkelok dan beberapa kali mata terpejam lalu terbuka, belum juga mendengar kata, “sudah dekat”.

Malam itu, jalanan cukup lengang. Sepanjang perjalanan, kami melewati kota-kota yang mulai sepi, dengan lampu jalan yang berkelap-kelip menemani kami. Kami terus melaju hingga pukul 00:00, ketika akhirnya kami memutuskan untuk berhenti sejenak di sebuah hotel di Kota Garut.

Baca Juga: Serakah vs Sedekah

Tubuh kami mulai lelah, dan kami membutuhkan istirahat untuk melanjutkan perjalanan keesokan harinya. Benar saja, baru ketemu kasur, mata langsung terlelap. Tentu saja kami tak lupa berdoa dan berdzikir kepada Allah.

Lanjutkan

Pagi-pagi sekali, sekitar pukul 05:00, pada Sabtu, 15/6/24, kami kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini, kami menuju arah Kota Garut – Pameungpeuk.

Jalanan yang kami lalui semakin menantang, dengan rute yang berkelok, naik dan turun. Meskipun jalan tidak terlalu curam dan tidak diapit oleh jurang, namun tetap saja, perjalanan ini menguji ketahanan fisik dan mental kami. Setiap tikungan dan tanjakan harus dilalui dengan hati-hati.

Pameungpeuk

Sekitar pukul 09:30, akhirnya kami tiba di Pasar Pameungpeuk. Pasar ini adalah titik persinggahan penting bagi kami sebelum melanjutkan perjalanan ke Desa Tipar.

Di sini, kami berbelanja berbagai kebutuhan untuk proses penyembelihan dan distribusi kurban, seperti bumbu sate, wadah daging, dan perlengkapan lainnya. Pasar Pameungpeuk dipenuhi oleh aktivitas pedagang dan pembeli yang menambah semarak pagi itu.

Baca Lagi: Pastikan Arah Hidup

Dengan persiapan yang matang, kami melanjutkan perjalanan menuju Desa Tipar. Setibanya di desa tersebut, kami disambut oleh wajah-wajah penuh harap dari masyarakat setempat.

Mereka sudah menantikan kedatangan kami dan hewan kurban yang akan dibagikan. Ada 101 ekor kambing yang akan dikurbankan, dengan total penerima manfaat mencapai 3500 jiwa. Bagi masyarakat Desa Tipar, momen ini sangat istimewa karena jarang sekali mereka mendapatkan kesempatan untuk menikmati daging kurban.

Perjalanan Hati

Melihat antusiasme dan kebahagiaan masyarakat setempat, rasa lelah kami seakan sirna. Perjalanan panjang dan penuh tantangan selama 8 jam dari Depok ke Garut terbayar lunas dengan senyum dan rasa syukur mereka.

Perjalanan ini bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan hati.

Kami belajar banyak dari semangat kebersamaan dan gotong royong masyarakat Desa Tipar. Perjalanan panjang ini mengajarkan kami tentang arti pengorbanan dan keikhlasan. Di tengah segala keterbatasan, mereka mampu menunjukkan rasa syukur dan kebahagiaan yang tulus.

Semoga semangat ini terus menyebar dan menginspirasi kita semua untuk selalu berbagi dan peduli, meskipun harus menempuh perjalanan yang tidak ringan.

Dengan tekad yang kuat dan niat yang tulus, tidak ada jarak yang terlalu jauh untuk berbagi kebahagiaan. Bersama BMH, mari kita terus sebarkan kebaikan hingga ke pelosok negeri. Sekadar informasi ini baru satu titik perjalanan BMH ke pedalaman.

Sahabat saya yang lain ada yang tugas mengantar kurban ke Halmahera, Maluku Utara. Kemudian ada ke Kupang, Boneana, dan TTS, semuanya titik itu masuk wilayah Nusa Tenggara Timur.

Tentu saja ini baru program kurban yang mendapat pengawalan langsung oleh BMH Pusat. Secara nasional, BMH menyelenggarakan penyembelihan hewan kurban dari Aceh hingga Papua Selatan.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment