Pernahkah Anda merasa cepat menghakimi seseorang hanya berdasarkan cerita dari orang lain? Atau menilai situasi tanpa benar-benar memahami latar belakangnya? Ini adalah contoh sederhana dari prasangka, yang banyak kita alami setiap hari.
Pada dasarnya, sak wasangka adalah pendapat atau penilaian yang terbentuk tanpa dasar yang jelas atau bukti yang kuat, dan sering kali muncul sebelum seseorang benar-benar mengetahui atau menyelidiki sesuatu secara mendalam.
1. Prasangka: Apa Itu Sebenarnya?
Prasangka berasal dari ketidakpastian yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika kita tidak memiliki informasi yang cukup, kita seringkali mengisinya dengan asumsi yang belum tentu benar.
Misalnya, seseorang mungkin berkata, “Dia pasti seperti itu karena asal-usulnya,” padahal belum tentu demikian.
Prasangka terjadi ketika kita membuat keputusan atau penilaian berdasarkan informasi yang terbatas atau bahkan tidak akurat.
2. Bias Kognitif: Penyebab Prasangka
Menurut studi psikolog terkenal Daniel Kahneman dalam bukunya Thinking, Fast and Slow (2011), prasangka sering kali berakar pada bias kognitif.
Yaitu pola pikir yang cenderung membuat kita lebih mempercayai apa yang sudah kita anggap benar tanpa memeriksa kebenarannya terlebih dahulu.
Bias ini sering terjadi ketika kita membuat penilaian berdasarkan pengaruh pengalaman pribadi atau stereotip yang kita anut, bukan berdasarkan bukti yang objektif.
Inti dari buku itu adalah kita harus paham. Bahwa berpikir cepat melibatkan insting dan emosional. Berpikir lebih lambat, menghendaki musyawarah dan lebih logis.
3. Konsep ‘Tabayyun’ dalam Islam: Cegah Prasangka dengan Cek dan Ricek
Dalam Islam, ada konsep yang sangat penting untuk menghindari prasangka, yakni “Tabayyun”, yang berarti memeriksa atau mengklarifikasi informasi secara menyeluruh.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hujurat (49:6).
“Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita, maka periksalah dengan teliti…”
Ini adalah dorongan untuk tidak terburu-buru menilai berdasarkan informasi yang belum terverifikasi.
Konsep ini mengajarkan kita untuk selalu berpikir kritis dan memverifikasi informasi sebelum membuat keputusan.
4. Prasangka: Penyebab Keputusan yang Salah
Prasangka tidak hanya merugikan individu yang dinilai, tetapi juga bisa berdampak buruk pada diri kita sendiri.
Ketika kita memutuskan sesuatu berdasarkan prasangka, kita mungkin membuat keputusan yang salah.
Sebagai contoh, jika kita mempercayai informasi yang belum jelas kebenarannya, kita bisa terjerumus dalam penilaian yang tidak adil atau bahkan membahayakan hubungan sosial kita.
5. Penyebaran Prasangka di Era Sosial Media
Di zaman digital ini, penyebaran prasangka semakin mudah dan cepat, terutama di platform sosial media.
Contoh sederhana dapat kita temukan di grup WhatsApp, di mana seseorang dengan mudah membagikan informasi tanpa memastikan kebenarannya terlebih dahulu.
Ketika ada pihak yang mempertanyakan, pengirim sering kali menjawab, “Itu dari grup sebelah.”
Sikap ini perlu diubah. Kita harus bertanggung jawab atas informasi yang kita terima dan bagikan, karena setiap keputusan yang diambil berdasarkan informasi yang salah akan memperburuk keadaan.
6. Cara Terbaik Menghindari Prasangka
Cara terbaik untuk menghindari prasangka adalah dengan selalu menjaga pikiran terbuka dan hati yang bijak.
Ketika kita merasa ragu atau mendengar informasi yang belum jelas, alangkah baiknya jika kita memberi waktu untuk memverifikasi dan memeriksa dengan lebih cermat.
Ini tidak hanya akan menghindarkan kita dari membuat kesalahan, tetapi juga membantu membangun masyarakat yang lebih adil dan saling menghormati.
7. Mengelola Informasi dengan Bijak
Pada era informasi yang datang begitu cepat dan tak terkendali, jika kita tidak memiliki filter yang baik, prasangka dapat menjebak akal dan hati kita.
Tanpa adanya penilaian yang kritis, kita bisa terombang-ambing oleh berbagai informasi yang tidak jelas kebenarannya, dan akhirnya kita akan kehilangan arah.
Maka, marilah kita berusaha menjadi filter yang baik bagi diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita, dengan selalu memverifikasi informasi dan tidak terburu-buru membuat penilaian.
Dengan begitu, kita tidak hanya menghindari prasangka, tetapi juga berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang lebih bijaksana dan penuh kasih sayang.*