Home Kajian Utama 3 Sebab Hati Gelisah

3 Sebab Hati Gelisah

by Imam Nawawi

Manusia memang makhluk yang lemah. Apabila bertemu nikmat ia bangga. Jika berjumpa dengan ujian dia mengeluh. Nah, kerapkali bukan ujian datang tapi manusia gelisah. Inilah kita akan mengenali 3 sebab hati gelisah.

Sebelum kepada bahasan itu harus kita kenali bahwa Alquran menggunakan kata hati pada dua istilah. Yaitu, qalbu dan fuad.

Qalbu mengarah pada kondisi hati yang berbolak-balik dan akhirnya membentuk sifat (seperti marah, dendam, dan lainnya). Sedangkan Fuad adalah kondisi hati yang berbolak-balik kemudian membentuk karakter (tangguh, percaya diri, dan lainnya).

Hal itu berarti menandakan bahwa setiap manusia bisa mencapai karakter terbaik dalam dirinya, jika hatinya selalu bertemu kebaikan dan teguh dalam kebaikan.

Baca Juga: 3 Bukti Seorang Hamba Bersyukur

Termasuk bisa sampai pada kondisi sebaliknya, yang mana sifat dan karakternya menjadi mudah marah, hingga kepribadian seseorang menjadi mudah menyerah dan putus asa.

Iman yang Lemah

Sebab hati gelisah yang paling utama adalah iman yang dalam kondisi lemah.

Mengapa iman bisa melemah? Tidak lain karena juga ada kerja-kerja Iblis yang memang telah bersumpah akan menghalangi manusia beriman dari segala arah (QS. 7: 16-17).

Nah, ketika manusia masuk target kerja Iblis dan ia tidak segera ingat kepada Allah, maka iman dalam hati akan melemah.

Agar hati kembali kuat kita harus kembali ingat dan dekat kepada Allah. Kemudian memahami betul bahwa setan hanya memberikan tipuan-tipuan belaka (QS. 17: 64).

Contoh kasus ada seorang anak berjuang sungguh untuk mendapatkan ilmu. Tetapi pas hari menerima nilai, ia mendapatkan angka yang tidak ia harapkan, misalnya dari 9 ia dapat 7. Hatinya kecewa.

Kalau ia ingat Allah, ia akan semakin giat dan tangguh dalam berjuang. Tetapi kalau lupa Allah, ia akan berkesimpulan yang membahayakan, misalnya, buat apa capek-capek belajar.

Terjebak Rutinitas Empiris

Maksudnya adalah banyak orang dalam hidup ini hanya melihat yang rutin bergulir tanpa memahami siapa yang mengatur semua itu.

Contoh, ketika orang lapar maka makan, karena makan orang tetap sehat dan karena itu hidup. Maka kesimpulannya adalah makan memberikan kehidupan.

Dalam kacamata empiris memang seperti itu. Tetapi coba kalau kita lihat lebih dalam, bahwa dalam alam ini ada makhluk bernama malaikat, ia tidak makan dan tidak minum, tetapi tetap hidup.

Jangan menolak dulu, bahwa kita manusia dan mereka malaikat. Duduk masalahnya adalah ada makhluk yang berbeda seperti itu. Pertanyaannya siapa yang menghendaki itu terjadi, pasti Allah.

Jadi, dalam kehidupan ini, rutinitas itu akan terus bergulir namun secara hakikat ada Allah yang mengurus.

Mari coba lagi melihat fakta. Setiap pria dan perempuan yang menikah akan mendapati keturunan. Itu benar, karena tidak ada wanita bisa hamil tanpa pernikahan (lain hal kalau pergaulan yang terlarang).

Tetapi, apakah setiap pasangan pasti memiliki keturunan?

Artinya tidak semua yang empiris bersifat mutlak pasti terjadi. Mengapa, karena Allah yang Maha Mengatur.

Seringkali orang melihat hidup hanya sebatas dunia empiris hari ini. Padahal dunia bisa berubah dan keadaan bisa berganti. Oleh karena itu pandanglah kehidupan ini dengan tuntunan Allah, yakni melalui Alquran dan Sunnah.

Ragu akan Janji Allah

Sebab ketiga hati mudah gelisah adalah ragu akan janji Allah.

Orang yang ragu pasti mempertanyakan. Kalau ia salah menjawab, maka keraguan semakin besar dan memakan kekuatan iman.

Sebagai contoh, seorang pemuda telah menjalani proses perkuliahan dengan baik. Tiba-tiba ia teringat akan angan-angan tentang harta atau kenyamanan hidup.

Seketika ia bertanya, apakah dengan kuliah ini saya bisa hidup yang layak ya ke depan, bagaimana caranya?

Pertanyaan itu muncul karena keraguan atau ingin memastikan masa depan sejak hari ini. Jelas kapasitas manusia tidak begitu.

Tetapi, kalau ia yakin dengan petunjuk Allah ia akan jadikan hidupnya hari ini produktif dengan melaksanakan perintah Allah.

Bagaimana masa depan itu tidak bergantung bagaimana kita memikirkannya semata. Tetapi sangat ditentukan oleh apa yang kita lakukan dengan keyakinan hati.

Rumus dalam Alquran sederhana. Kalau kita berbuat baik maka kebaikan itu kembali pada diri kita sendiri. Artinya adalah keraguan akan masa depan adalah penghambat diri berinvestasi kebaikan hari ini.

Baca Lagi: Berbahagialah dengan Sahabat dan Saudara

Padahal Allah telah membuat jalan-jalan, mana yang akhirnya bahagia dan mana yang akhirnya sengsara.

Lebih jauh Allah memerintahkan kita untuk selau berbuat baik kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada diri kita. Jadi, untuk apa ragu akan hari esok. Kalau sudah ada panduan dari Allah, jalankan saja, sukses dan bahagia insha Allah akan Allah anugerahkan.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment