Marah itu tentu boleh. Tetapi tetap ada batasannya ada koridornya. Jika melihat Rasulullah SAW, maka marah beliau itu karena urusan agama. Bukan pelampiasan karena kekecewaan pribadi. Nah, mengapa hari ini banyak anak muda mudah marah?
Kita akan coba telusuri seobjektif mungkin yang kita mampu lakukan. Sebab pada hakikatnya masalah pasti terjadi. Dan, yang paling penting kita utamakan adalah bagaimana respon kita menghadapinya.
Baca Juga: Marah Mengapa Mudah Sekali?
Kalau setiap keadaan yang tidak kita inginkan selalu menyulut amarah diri. Itu berarti masalah lebih besar daripada kemampuan berpikir kita. Padahal Alquran mendorong kita lebih banyak berpikir dan berdzikir.
Oleh karena itu penting bagi kita melihat Apa sebab-sebab yang menjadikan anak muda mudah marah.
Sebab Pertama
Kontrol diri yang Lemah. Pemuda yang tidak sadar akan pentingnya adab dan komitmen pada nilai-nilai kebaikan pasti akan dibakar oleh amarah. Apalagi kalau aspirasinya tampak tidak ada yang merespon.
Lebih jauh Pemuda seperti itu akan sulit membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima. Kalau sudah begitu ia akan terseret pada perilaku yang tidak terpuji.
Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya juga kan mudah tersulut amarah.
Sebab Kedua
Sikap mental yang tidak sehat. Perilaku yang menyimpang dapat pula disebabkan karena sikap mental yang tidak sehat.
Sikap tersebut muncul dengan tidak merasa bersalah atau menyesal atas perbuatannya, bahkan merasa senang. Walau dirinya habis marah-marah tidak jelas.
Akibatnya ia akan sulit berpikir secara benar. Kepada setiap orang yang ia nilai tidak sama pandangannya maka ia tak sungkan untuk merespon dengan kasar dan tidak simpati.
Sebab Ketiga
Pengaruh lingkungan dan media sosial. Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang dapat disebabkan karena terpengaruh oleh lingkungan kerjanya atau teman sepermainannya.
Begitu juga peran media massa media sosial, sangat berpengaruh terhadap penyimpangan perilaku, termasuk marah-marah. Oleh karena itu selektif dalam membaca informasi dan segala hal yang ada pada media baik massa maupun sosial.
Insaf dan Ikhlas
Memang bukan perkara mudah menerima sesuatu yang tidak jiwa tidak mengharapkan. Tetapi ada pahala besar bagi orang yang insaf kemudian dia ikhlas dan bersikap sabar.
Ketika Khalid bin Walid mendapatkan keputusan bahwa ia bukan lagi panglima, ia tenang, sabar dan ikhlas.
Logika berpikir yang ia bangun adalah bahwa dirinya ada dalam medan jihad hanya semata-mata ingin mendapat ridha Allah.
Baca Lagi: Syarat dan Ketentuan Janji Allah
Tidak ada urusan dengan pangkat, pujian atau celaan manusia. Bahkan dengan menjadi prajurit biasa ia tetap akan menjadi tentara Allah.
Demikianlah sikap orang yang insaf dan ikhlas. Dia akan mengembalikan semua hal kepada bagaimana tuntunan Allah untuk kita ikuti dan jangankan dalam kehidupan ini. Bukan merasa diri benar kemudian berkobar-kobar di dalam kesalahan.*