Home Kajian Utama 3 Pesan dari Surah Yusuf: Menemukan Cahaya dalam Setiap Ujian
Nabi Yusuf

3 Pesan dari Surah Yusuf: Menemukan Cahaya dalam Setiap Ujian

by Imam Nawawi

Pagi itu, suasana Subuh di Masjid Ummul Qura Depok terasa lebih khusyuk dari biasanya. Imam membacakan Surah Yusuf, dari ayat pertama hingga ayat ke-18. Ayat-ayat itu mengalun begitu indah, menyentuh hati yang masih larut dalam keheningan. Seusai shalat, saya duduk sejenak, merenungi maknanya. Dalam rentang ayat itu, ada tiga pesan penting yang membuat saya semakin memahami kehidupan.

Pertama, kita harus bisa mengenali setan sebagai musuh

Setan tidak selalu datang dalam rupa menakutkan. Kadang ia menyusup dalam perasaan, menyulut amarah, atau menanamkan dendam.

Namun, Nabi Yusuf berhasil mengenali tipu daya setan dan menjauhinya.

Ia dikhianati oleh saudara-saudaranya, dijebloskan ke sumur, dijual sebagai budak, bahkan dipenjara karena fitnah.

Tapi ketika Allah mengangkatnya sebagai bendahara negara Mesir, ia tidak membalas dendam.

Saat saudara-saudaranya datang memohon ampun, Yusuf hanya berkata, “Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu.” (QS. Yusuf: 92).

Sungguh, hanya mereka yang mengenali setan yang mampu memadamkan dendam dengan kasih sayang. Setan adalah musuh dan kita harus menjadikan setan benar-benar sebagai musuh yang nyata (QS. Yusuf: 5).

Sekali-kali coba berteman dengan setan, hidup manusia akan terjerembab dalam kegelapan.

Kedua, jebakan setan sering membuat manusia merasa benar dalam kebohongan

Saudara-saudara Yusuf merasa kuat, merasa lebih baik, dan mengira makar mereka benar.

Mereka mencelakai Yusuf, lalu berbohong kepada ayahnya, Nabi Yakub.

Setan mengecoh mereka untuk percaya bahwa rencana mereka akan berhasil. Tapi sebenarnya, itu hanyalah ilusi yang menyesatkan.

Manusia yang dikuasai keinginan duniawi akan mencari cara apa pun, termasuk dusta, untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Padahal, kebenaran selalu menemukan jalannya untuk terungkap.

Ketiga, orang yang mengenal setan akan memilih melawannya dengan kesabaran

Nabi Yakub tahu bahwa anak-anaknya telah berdusta, tetapi ia tidak serta-merta marah. Saat mereka membawa baju Yusuf berlumuran darah palsu, Yakub berkata, “Sebenarnya hanya dirimu sendirilah yang memandang baik urusan yang buruk itu; maka hanya bersabar itulah yang terbaik bagiku. Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.”* (QS. Yusuf: 18).

Kesabaran bukan tanda kelemahan, tetapi kekuatan untuk tetap teguh dalam kebenaran meski menghadapi kebohongan dan kezaliman.

Demikianlah Al-Qur’an, ia datang membawa cahaya bagi hati yang ingin memahami.

Akal manusia sering ingin jalan yang sederhana, menghindari kompleksitas hidup.

Tapi Al-Qur’an mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa ditemukan dengan mengenali musuh sejati, tidak tertipu oleh kebohongan, dan bersabar dalam menghadapi ujian.

Karena dalam kesabaran dan kejujuran, selalu ada kemenangan yang Allah janjikan yang pasti datang.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment