Para santri, sudahkah kalian paham, mengapa 22 Oktober diperingati sebagai hari santri? Sebagai santri kita tidak saja mesti paham, tetapi juga meresapi dan menjadikannya kekuatan diri. Inilah 3 perkara penting di hari santri.
Tiga perkara ini bersumber dari pemaknaan sejarah seputar pada sejarah yang menjadikan kita semua hari ini memperingati hari santri.
KH. Hasyim Asy’ari
Pertama, kenali sosok KH. Hasyim Asy’ari. Beliaulah yang mengeluarkan maklumat tentang resolusi jihad pada 22 Oktober 1945.
Seruannya jelas, mengajak seluruh santri berjihad mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan melawan pasukan penjajah.
Seruan itu mendapat sambutan antusias umat Islam, terutama santri hingga perlawanan itu berlangsung sampai 10 November 1945 yang kita peringati sebagai Hari Pahlawan.
Fakta itu menunjukkan bahwa kalau santri tumbuh menjadi pemimpin, terlebih sosok ulama, maka jangan pernah meninggalkan jihad sebagai pakaian untuk meraih kejayaan.
Jihad pemimpin adalah bersikap adil. Sedangkan jihad ulama adalah mencerahkan umat. Menyatakan ilmu dengan terang, menyebut yang benar dengan tegas, menyebut yang batil dengan terang. Kemudian, jihad santri adalah bersungguh-sungguh menuntut ilmu, ibadah dan dakwah.
Jadilah seperti KH. Hasyim Asy’ari, berani dan tidak takut mati. Orang yang menyerukan jihad melawan penjajah pastilah orang yang berjiwa merdeka. Sekali lagi milikilah jiwa merdeka itu.
Heroisme
Kedua, heroisme. Kala itu juga hadir sosok pemuda yang heroik. Cak Asy’ari namanya. Ialah yang mendaki ketinggian Hotel Yamato untuk merobek bendera Belanda yang dikibarkan. Cak Asy’ari melakukan itu bukan dengan tanpa resiko. Tetapi ia berhasil merobek bagian bendera berwarna biru, sehingga yang berkibar menjadi merah putih.
Itulah secuil gambaran heroisme pada momentum menjelang resolusi jihad. Karena saat Cak Asy’ari melakukan aksi heroiknya itu pada 19 Oktober 1945.
Baca Juga: Hidup Bahagia dan Membahagiakan
Para santri harus tumbuh sebagai pemberani, mau bergerak secara heroik. Baik dalam hal belajar, ibadah dan berdakwah. Santri tidak boleh lembek, karena itu bukan watak dasar santri itu sendiri.
Menjawab
Ketiga, menjawab. Ya, tugas santri sekarang adalah menjawab, ya, menjawab tantangan ke depan.
Kita harus tahu bahwa umat Islam lemah dalam teknologi, para santri harus ada yang menguasai ilmu-ilmu itu.
Santri harus tekun belajar, terbuka, hadir di ruang-ruang permasalahan umat dan bangsa. Jangan asyik ibadah kemudian lupa situasi faktual di tengah-tengah umat.
Para santri juga harus terampil dalam berorganisasi, melatih menajamkan visi dan idealisme. Karena bangsa ini tidak akan maju kalau pemimpinnya pragmatis dan tak memiliki visi.
Puncaknya, para santri bergembiralah hari ini. Lalu masuklah ke dalam asrama, masjid dan kelas dengan jiwa baru, sebagai pahlawan masa depan yang memulai agenda pengorbanan dari sekarang. Selamat hari santri.*