Tiga orang mahasiswa melangkah lebih serius usai mengikuti pelatihan jurnalistik bersama saya sendiri, Mas Imam Nawawi yang berlangsung di aula STIS Hidayatullah Balikpapan belum lama ini.
Terhadap para mahasiswa ini saya memang menggunakan metode belajar praktik, baru pembahasan teori. Dan, hasilnya cukup menggembirakan.
Mahasiswa berhasil menulis. Tinggal selanjutnya bagaimana membekali mereka dengan teori. Setelah itu saya tambahkan satu kegiatan kembali menulis.
Baca Juga: 5 Hal Penting Tentang Menulis
Nah, tiga mahasiswa ini adalah yang secara langsung melakukannya. Mereka mengirimkan naskah hasil tulisan mereka melalui email. Dan, inilah 3 kesan mahasiswa itu.
Kesan
Zubair (20) mengatakan bahwa kegiatan yang telah ia ikuti memberi manfaat besar bagi dirinya.
“Pelatihan ini sangat bermanfaat bagi saya. Terlebih pemateri menyampaikan kepada kami dengan sangat mudah dan enak untuk memahaminya,” ungkapnya.
Ia pun menuturkan, “Saya ingin menjadi seorang penulis, seperti kata Mas Imam, jika ingin cerdas, maka jadilah seorang penulis,” imbuhnya.
Kemudian ada Muliadi Hasnur (20). Ia juga mengaku sangat termotivasi.
“Saya sangat terkesan dengan cara Mas Imam memberikan kata-kata kepada kami,” tuturnya.
“Saya takjub kala beliau mengatakan, ‘Kalau saya menjelaskan panjang lebar, itu berarti saya sedang berceramah. Kalau langsung praktik dalam pelatihan ini, maka kalian akan lebih cepat paham tentang apa yang kita pelajari,” sambungnya.
Selanjutnya Muhammad Fikri. “Bagi saya belajar jurnalistik kali ini sangat seru dan mengasyikkan. Saya mendapatkan banyak ilmu sekaligus pemahaman melalui praktik. Ini adalah satu ilmu atau skill yang tidak saya temukan dalam kelas atau pun mimbar,” tegasnya.
Menulis itu Membaca
Kaitan motivasi bahwa kalau ingin cerdas jadilah penulis sebenarnya merupakan titik tekan dari pemahaman bahwa aktivitas menulis adalah kegiatan yang tidak lain adalah membaca, membaca dan membaca.
Sungguh betapapun orang cerdas, tanpa membaca, ia tidak akan menghasilkan satu tulisan yang hidup dan menggerakkan.
Baca Lagi: Bahagia dengan Berkarya
Dan, tidak akan ada orang mau menulis, apalagi sampai jadi buku, kecuali yang tekun membaca. Jadi, menulis sejatinya adalah manifestasi dari perintah Iqra’ Bismirabbik secara langsung dan terus-menerus.
Kepada tiga mahasiswa itu saya berdoa kepada Allah, semoga Allah jadikan hatinya mencintai ilmu, membaca dan menulis jadi budaya yang kuat dalam dirinya. Kelak kala kembali ke masyarakat, mereka bisa mengedukasi semua untuk gemar membaca dan menulis.*