Ukhuwah menjadi tema penting, terlebih dalam situasi umat Islam mendapat banyak tantangan ke depan. Lalu apa saja yang perlu kita lakukan? Inilah 3 hal seputar upaya teguhkan ukhuwah.
Secara bahasa ukhuwah adalah bentuk dasar dalam bahasa Arab yakni “akhu” yang artinya saudara.
Ini berarti melalui ukhuwah Islam menghendaki umat Islam bersatu layaknya saudara antar dua orang atau lebih atas dasar iman, kesepakatan, pemahaman serta pembelaan terhadap Islam.
Baca Juga: Siapakah Pemimpin Visioner itu?
Hal ini seperti ayat ke-10 Surah Al-Hujarat. “Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”
Dalam arti sederhana, orang yang enggan bersaudara, berarti bermasalah iman dalam dadanya.
Pertama, ukhuwah bukan karena harta.
Ustadz Hasyim HS dalam pembukaan Silaturahmi Syawalan di Ummul Qura (14/5/22) menjelaskan makna ayat ke 63 Surah Al-Anfal. Bahwa persatuan hati tidak bisa dibeli.
“Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.”
Jadi soal ukhuwah adalah soal iman kepada Allah, soal ketaatan kepada Rasulullah. Dan, karena itu jangan merobek-robek ukhuwah karena hawa nafsu, termasuk karena harta.
Oleh karena itu penting terus memahami visi dan tujuan hidup, agar hati senantiasa dalam persatuan.
Dalam hal ini jangan ada yang namanya bagaimana “asal aku senang, asal golonganku senang.” Tetapi mana yang Allah perintahkan kita melakukannya. Itulah Wijhah, upaya mendapat ridha Allah.
Kedua, jauhi tafarruq dan tanazu.
Sikap tafarruq dan tanazu ialah sikap suka sikut menyikut yang muncul karena wijhah yang kabur, niat dan visi yang tidak lagi mengarah pada ridha Allah.
Tafarruq timbul apabila perbedaan pendapat telah menjadi kendaraan hawa nafsu. Akibatnya ia menjadi pemantik pertengkaran hingga perpecahan. Perbedaan pendapat bukan lagi untuk menguatkan persaudaraan, tetapi mencabik-cabiknya.
Ketiga, kuatkan ketaatan pada kepemimpinan.
Tidak ada cara terbaik merawat dan menguatkan ukhuwah selain ketaatan kepada kepemimpinan. Tentu saja kepemimpinan yang mengarahkan kita semua pada langkah konkret meneladani Rasulullah SAW.
Dengan demikian, mari kita renungkan, bahwa nikmat bersaudara, ukhuwah ini adalah nikmat sangat besar.
Jangan sampai tanpa kita sadar langkah-langkah yang kita ambil justru menggerogoti satu nikmat yang telah sekian lama umat nantikan dan upayakan.
Baca Lagi: Tantangan Pemikiran Generasi Muda Islam
Dan, terakhir menarik ungkapan KH. Hasyim Muzadi. Sekarang ini yang masalah bukan ukhuwah Islamiyah, tetapi ukhuwah Bainal Muslimin.
Yaitu persaudaraan sesama umat Islam. Itu menandakan umat Islam akan kuat kalau satu sama lain mau memaafkan, menguatkan dan memperkuat persaudaraan.*