Home Kisah 2 Kebaikan Sepanjang Matahari Benderang
Kebaikan

2 Kebaikan Sepanjang Matahari Benderang

by Imam Nawawi

Tidak seperti biasanya, hari itu (Kamis, 27/3/25) saya berangkat ke Ciampea, Bogor, pukul 06:00 WIB. Sepulang dari lokasi yang tak jauh dari IPB University itu, saya melanjutkan perjalanan ke Cipete, Jakarta Selatan. Ada dua kebaikan yang saya saksikan sepanjang matahari masih bersinar terang.

Bahagia luar biasa menyaksikan keduanya. Satu seorang pria dengan kekayaannya seperti haus beramal shaleh. Setelah wakaf tanah dan masjid, ia memperluas wakafnya.

“Kalau untuk kemajuan umat, saya memang sudah punya cita-cita dari anak-anak,” katanya.

Satu lagi seorang wanita, tak pernah berhenti berbagi. Dalam Ramadan ini tiga tempat kusaksikan ia terus hadir. Membahagiakan sesama.

“Siapa membahagiakan sesama, nanti Allah akan membahagiakan kita. Baik saat di dunia maupun nanti, akhirat,” tegasnya.

“Siapa sedekah ia akan Allah bebaskan dari permasalahan,” imbuhnya lagi.

Kebaikan yang Perlu Kita Contoh

Saat masih di Ciampea, pejabat KUA Ciampea berkata, “Kebaikan beliau ini (mewakafkan tanah) patut kita contoh. Semoga kita bisa mencontohnya,” katanya. Saya dan yang hadir pada kesempatan itu kompak mengatakan, “Aamiin”.

Kebaikan memang punya daya sinar kuat. Ia menginspirasi banyak hati. Akan tetapi kalau kita menambahkannya dengan niat, semoga suatu saat Allah wujudkan.

Dari sini kita akan dapat memahami dengan mudah, bahwa hikmah memiliki teman baik. Kita akan punya pikiran, perilaku dan tindakan baik.

Menjadi orang kaya itu sangat baik. Tentu kalau kekayaan itu memang mengarah pada terjaganya iman. Kekayaan menjadi buruk kalau hanya untuk menuruti keinginan. Suka flexing dan merendahkan orang lain.

Dalam hati saya setuju dengan pejabat KUA. Bahwa sangat baik jika saya memiliki niat untuk bisa wakaf maupun sedekah.

Filsafat Memberi

Seseorang yang memberi artinya ia punya sesuatu, yang bisa untuk dibagikan. Orang yang punya sesuatu, berarti pernah berjuang mendapatkan sesuatu.

Dalam kata yang lain, siapa gemar berbagi dan memberi, sesungguhnya ia adalah orang yang punya manfaat bagi kehidupan.

Oleh karena itu dari kebaikan itu saya mengambil pelajaran bahwa orang yang peduli, memberi dan berbagi adalah orang yang benar-benar kaya.

Kaya yang paling mendasar adalah kaya hati. Siapa memiliki kekuatan itu, ia tidak akan memberi, peduli dan berbagi pada saat kaya semata. Ia akan juga melakukan amal mulia itu bahkan kala dalam kondisi sempit. Jadi, sederhana bukan, orang kaya adalah yang mau memberi dari apa yang dimilikinya.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment